Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, turunnya angka DPK terjadi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah target.
"Memang betul kenapa target DPK menurun, ini karena DPK itu pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Nah DPK itukan bagian dari pendapatan masyarakat yang ditabung di bank," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (22/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi hingga kuartal II-2019 yang hanya sebesar 5,05% mempengaruhi simpanan masyarakat yang masuk ke bank. Walau begitu, pihaknya masih tetap optimis pertumbuhan kredit masih berada pada kisaran 10% hingga 12% pada tahun ini.
"Kalau pertumbuhan ekonomi kuartal kedua ekspektasi pasar di atas 5,1% tapi realisasi 5,05% tentu saja bagian yang di tabung dari masyarakat akan menurun," kata Perry.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode Juni 2019 total DPK perbankan umum nasional tercatat Rp 5.799,4 triliun. Dengan komposisi giro Rp 1.406,5 triliun atau 23,36%. Kemudian tabungan Rp 1.826,2 triliun atau 32,42%. Kemudian simpanan berjangka atau deposito Rp 2.566,7 triliun atau 44,23%.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2019 sebesar 5,05% secara year on year (YoY) atau tercatat lebih rendah dibanding kuartal II-2018 yang sempat menyentuh 5,27%.
Sedangkan, BI mencatatkan realisasi kredit sedikit melambat dari 11,1% (yoy) pada Mei 2019 menjadi 9,9% (yoy) pada Juni 2019. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2019 sebesar 7,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2019 sebesar 6,7% (yoy).
(kil/eds)