(BI) Agustus memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.
Pada RDG Juli lalu, BI juga sudah menurunkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya pada 2019 yakni turun 25 bps menjadi 5,75%.
Ada beberapa alasan yang membuat BI akhirnya menurunkan bunga acuan ini. Berikut berita selengkapnya:
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ada tiga alasan mengapa BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. Pertama adalah rendahnya perkiraan inflasi hingga 2020.
"Rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5% plus minus 1% akan tetap berada dalam sasaran 3% pada 2020," kata dia di kantor BI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).
Kedua, lanjut dia, adalah kepercayaan bahwa imbal hasil investasi masih akan menarik meski suku bunga acuan BI turun.
"Tetap menariknya imbal hasil keuangan domestik, bisa diukur perbedaan suku bunga baik dalam riil policy rate 2,5% diferensialnya kemudian nominal interest rate diferensial kalau terkait cover 4,16% kalo uncover tanpa premi risiko 5,74%," jelasnya.
Terakhir, adalah untuk meningkatkan penyaluran kredit oleh pihak perbankan yang diharapkan bisa mendorong percepatan perekonomian nasional.
"Sebagai langkah pre emptive untuk dorong momentum perekonomian ke depan dari dampak perlambatan ekonomi ke depan. Indonesia beruntuk pertumbuhan ekonomi momentumnya terus berlanjut, tapi kita harus antisipatif dari risiko perlambatan ekonomi global dan penurunan suku bunga ini sebagai pre emptive untuk dorong ekonomi Indonesia ke depan," tegasnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menilai meskipun suku bunga kebijakan sudah mengalami penurunan, namun imbal hasil investasi aset keuangan domestik di Indonesia masih tetap menarik.
"Neraca pembayaran Indonesia kuartal II-2019 juga tetap baik ditopang oleh berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial US$ 7,1 miliar, ini karena prospek perekonomian Indonesia yang positif dan daya tarik investasi keuangan domestik yang tinggi," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).
Menurut Perry, menariknya investasi RI ini juga tercermin dari aliran modal asing yang masuk secara year to date sebesar Rp 176,4 triliun.
Dia menjelaskan kebijakan penurunan suku bunga ini menggunakan baseline skenario yang memperhitungkan dampak ketegangan perang dagang yang sudah terjadi terkait pengenaan tarif 10% terhadap US$ 250 miliar komoditas asal China oleh AS.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, BI masih mengasumsikan penurunan suku bunga The Fed pada tahun ini hanya satu kali yaitu pada Juli lalu, dan tidak akan ada penurunan suku bunga The Fed lagi sampai akhir tahun. BI juga memperkirakan the Fed akan menurunkan suku bunga satu kali lagi pada tahun depan.
"Itu asumsi dasar baseline skenario kita," ungkap Perry.
Oleh karena itu, Perry mengakui penghitungan imbal hasil investasi di Indonesia belum memperhitungkan dampak perlambatan ekonomi lanjutan di AS dan memanjangnya perang dagang sehingga kemungkinan pertumbuhan ekonomi global pun melambat.
"Berdasarkan bacaan kami dan perhitungan pasar, the Fed masih bisa menurunkan lagi suku bunganya pada tahun ini dua atau tiga kali," kata Perry.
Dengan begitu, Perry meyakini imbal hasil investasi aset pasar domestik Indonesia masih akan tetap menarik dibandingkan sejumlah negara emerging market lainnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pemangkasan bunga acuan ini akan mempengaruhi pada suku bunga kredit perbankan nasional. Menurut Perry dengan turunnya suku bunga ini maka penyaluran kredit diharapkan bisa lebih kencang.
"Bunga kredit yang turun ini akan terus mendorong penyaluran kredit, karena likuiditasnya cukup. Karena itu, kita ingin mendorong permintaan kredit korporasi dan rumah tangga, maka itu kita turunkan bunga acuan 25 bps," ujar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).
Dia mengungkapkan, hingga saat ini suku bunga kredit perbankan secara rata-rata telah turun 6 basis poin (bps) dan akhir tahun diharapkan bisa turun lebih cepat.
Perry menjelaskan, suku bunga kredit di perbankan memang terus mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari tahun lalu hingga tengah tahun ini, saat BI menaikkan bunga acuan hingga 175 basis poin, justru bunga kredit perbankan terus mengalami penurunan.
Menurut Perry secara year on year hingga Agustus ini suku bunga kredit kemungkinan sudah turun 30 bps. Sektor yang bunganya sudah mengalami penurunan adalah modal kerja, investasi dan kredit konsumsi.
Berdasarkan data uang beredar BI pada Juni 2019 suku bunga kredit tercatat 10,73% turun 3 bps dibandingkan pada bulan sebelumnya.
Demikian juga, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan 6,76% dari sebelumnya 6,82%. Kemudian tenor 6 bulan 7,26% dari sebelumnya 7,31%.
Suku bunga simpanan berjangka tenor 3 bulan tercatat relatif stabil sebesar 6,79%. Sementara suku bunga simpanan berjangka waktu 12 bulan naik menjadi 7,05% dan 24 bulan meningkat menjadi 7,34%.