Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penerbitan surat utang (obligasi), efek beragun aset (EBA), sukuk (obligasi) syariah tumbuh 28,1% yoy pada September 2019.
Lalu, penerbitan surat jangka pendek atau medium term note (MTN) tumbuh 17,3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, pembiayaan dari penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) dan penerbitan saham baru (rights issue) tumbuhnya belum terlalu kuat. Hal itu dipengaruhi ketidakpastian pasar saham global.
Lanjutnya, kondisi ini menunjukkan kebijakan BI memberi dampak pada pembiayaan lain. Kebijakan BI sendiri yakni dari penurunan suku bunga acuan hingga makro prudensial melalui penurunan uang muka properti maupun kendaraan.
"Jadi kesimpulannya bahwa kebijakan akomodatif BI yang ditempuh melalui penurunan suku bunga, pelonggaran likuiditas, pelonggaran kebijakan makro prudensial itu mampu meningkatkan pembiayaan ekonomi yang sekarang memang lebih terasa melalui pasar modal," jelasnya.
Dia berharap, pembiayaan kredit akan lebih pesat ke depannya. Patut diketahui, pertumbuhan kredit pada Agustus 2019 sebesar 8,59% yoy. Angka ini lebih rendah dari Juli 2019 sebesar 9,58% yoy.
"Ke depan, kredit masih belum meningkat pesat, tapi ke depannya kami harapkan itu juga meningkat lebih cepat lagi. Karena biasanya ada jeda waktu dari penurunan suku bunga BI sampai penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan," ujarnya.
(eds/eds)