BI Pangkas Lagi Bunga Acuan, Bunga Bank Tak Turun-turun

BI Pangkas Lagi Bunga Acuan, Bunga Bank Tak Turun-turun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 25 Okt 2019 10:30 WIB
1.

BI Pangkas Lagi Bunga Acuan, Bunga Bank Tak Turun-turun

BI Pangkas Lagi Bunga Acuan, Bunga Bank Tak Turun-turun
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali menurunkan suku bunga acuannya. BI 7 Days Repo Rate turun jadi 5%.

"Rapat Dewan Gubernur BI 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) menjadi 5%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2019).

Perry mengatakan, suku bunga deposit facility dan lending facility juga turun. "Deposit facility turun 25 bps jadi 4,25% dan bunga lending facility turun 25 bps jadi 5,75%," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan penurunan ini, maka BI sudah memangkas suku bunga acuan sampai 100 bps atau 1% terhitung dari Juli 2019. Meski begitu, perbankan belum sepenuhnya melakukan penyesuaian pada suku bunga deposito dan kredit. Berikut berita selengkapnya dirangkum detikcom:

Baca berita selanjutnya di halaman berikut>>>
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, BI telah memangkas suku bunga acuan sampai 1% dari Juli 2019. Namun,suku bunga deposito baru turun 26 basis poin (bps) atau 0,26%. Artinya, suku bunga deposito masih bisa turun karena bank butuh waktu untuk melakukan penyesuaian.

"Suku bunga deposito pada Juli sampai September turun 26 basis poin berarti ya tentu saja ada jeda," katanya.

"Harapannya suku bunga deposito akan lebih menurun lagi, kan BI menurunkan 100 bps (1%) dari Juli, suku bunga deposito baru turun 26 bps. Harapannya suku bunga deposito juga turun. Perbankan kan biasanya memerlukan waktu untuk kemudian menyesuaikan suku bunga deposito," paparnya.

Sementara, suku bunga kredit penurunannya lebih kecil lagi yakni 8 basis poin atau 0,08%. Menurutnya, suku bunga kredit biasanya penyesuaiannya lebih lama dari suku bunga deposito.

Perry berharap, perbankan menurunkan lebih lanjut suku bunga deposito maupun kredit agar pembiayaan terus meningkat.

"Suku bunga kredit turunnya lebih kecil lagi, baru 8 basis poin memang penurunan suku bunga kredit biasanya lebih lama dari suku bunga deposito. Tapi kecenderungannya ke depan dan kami harapkan perbankan untuk menurunkan lebih lanjut baik suku bunga deposito terutama suku bunga kredit, agar pembiayaan kredit bisa meningkat," tutupnya.

Kebijakan yang dikeluarkan BI memberi dampak pada pembiayaan lewat pasar modal. Bahkan, pembiayaan lewat pasar modal tumbuh lebih kuat dibanding kredit perbankan.

Perry Warjiyo mengatakan, penerbitan surat utang (obligasi), efek beragun aset (EBA), sukuk (obligasi) syariah tumbuh 28,1% yoy pada September 2019. Lalu, penerbitan surat jangka pendek atau medium term note (MTN) tumbuh 17,3%.

"Penerbitan obligasi, EBA, sukuk pada bulan September tumbuh 28,1% yoy. Demikian juga medium term note MTN pada September tumbuh 17,3%. Nah ini pembiayaan pasar modal non kredit perbankan yang tentu saja menunjukkan korporasi-korporasi pembiayaan ekonomi juga banyak dari pasar modal," katanya.

Dia mengatakan, pembiayaan dari penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) dan penerbitan saham baru (rights issue) tumbuhnya belum terlalu kuat. Hal itu dipengaruhi ketidakpastian pasar saham global.

Lanjutnya, kondisi ini menunjukkan kebijakan BI memberi dampak pada pembiayaan lain. Kebijakan BI sendiri yakni dari penurunan suku bunga acuan hingga makro prudensial melalui penurunan uang muka properti maupun kendaraan.

"Jadi kesimpulannya bahwa kebijakan akomodatif BI yang ditempuh melalui penurunan suku bunga, pelonggaran likuiditas, pelonggaran kebijakan makro prudensial itu mampu meningkatkan pembiayaan ekonomi yang sekarang memang lebih terasa melalui pasar modal," jelasnya.

Dia berharap, pembiayaan kredit akan lebih pesat ke depannya. Patut diketahui, pertumbuhan kredit pada Agustus 2019 sebesar 8,59% yoy. Angka ini lebih rendah dari Juli 2019 sebesar 9,58% yoy.

"Ke depan, kredit masih belum meningkat pesat, tapi ke depannya kami harapkan itu juga meningkat lebih cepat lagi. Karena biasanya ada jeda waktu dari penurunan suku bunga BI sampai penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan," ujarnya.

Hide Ads