"Harapan kami, agar para anggota IKBI dapat menjadi pionir yang meningkatkan peran sektor keuangan dalam mendorong para nasabah untuk menerapkan transformasi praktik berkelanjutan - memitigasi risiko keberlanjutan pada portofolio dan beralih pada peluang ekonomi global yang rendah karbon dan tahan terhadap perubahan iklim," tutur Ketua IKBI, yang juga Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sunarso dalam keterangan tertulis, Rabu (27/11/2019).
Kelima anggota baru tersebut adalah CIMB Niaga, Bank Syariah Mandiri, OCBC NISP, Maybank Indonesia, dan HSBC Indonesia. Dengan ini IKBI sudah memiliki anggota sebanyak 12 anggota yang mewakili 60 persen aset perbankan nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kesempatan seminar internasional ini, IKBI mengumpulkan jajaran pemimpin lembaga jasa keuangan nasional dan para pemangku kepentingan pasar modal. Tujuannya memberikan pemahaman yang lebih baik terkait bagaimana memahami adanya resiko iklim di dalam portofolio mereka, dan mengelolanya agar terhindar dari potensi disrupsi ekonomi yang buruk.
"Saat ini kita sedang berada pada masa transisi menuju pembangunan ekonomi rendah karbon. Berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia-emisi gas rumah kaca (GRK) paling banyak dihasilkan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang melibatkan sektor perubahan tata guna lahan dan gambut, energi, industri, pertanian, dan limbah," jelasnya.
"Apabila kegiatan bisnis saat ini tidak merubah cara-cara produksinya untuk lebih efisien dan rendah emisi, maka target penurunan emisi GRK Indonesia di tahun 2030 tidak akan tercapai. Sektor jasa keuangan dinilai mempunyai peranan kunci di dalam mengembangkan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja praktik berbagai industri guna menurunkan emisi GRK," lanjutnya.
Hal ini juga sudah menjadi perhatian para regulator di tingkat global termasuk Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mengeluarkan Peraturan No. 51 Tentang Keuangan Berkelanjutan di Indonesia sebagai respon terhadap kondisi dimaksud.
Bank Indonesia pun menunjukkan komitmennya untuk ikut serta dalam pengelolaan risiko iklim dengan bergabung menjadi anggota the Network for Greening the Financial System (NGFS). Sebuah platform regulator keuangan global untuk mengatasi risiko perubahan iklim.
Sejalan dengan hal itu, Direktur Utama, BEI, Inarno Djajadi menegaskan bahwa BEI berkomitmen untuk mendukung pembangunan pasar modal yang berkelanjutan.
"Karenanya BEI telah bergabung dengan Sustainable Stock Exchange Initiative yaitu perkumpulan bursa-bursa dunia yang menitikberatkan pada program-program keuangan berkelanjutan," jelas Inarno.
Focal Point Sekretariat IKBI mewakili WWF-Indonesia, Rizkiasari Yudawinata menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu penting agar lembaga jasa keuangan mulai melakukan suatu identifikasi masalah untuk menyelesaikan hal tersebut.
"Oleh karena itu penting agar lembaga jasa keuangan (LJK) mulai mengidentifikasi dan mengelola potensi risiko-risiko iklim dan peluang di dalam masa transisi menuju ekonomi rendah karbon dan ramah lingkungan ini," jelas Rizkiasari.
"Dengan bergabung di IKBI, yang didirikan oleh delapan bank dan WWF-Indonesia pada tahun 2018, bank-bank dapat memanfaatkan platform yang ada guna meningkatkan kapasitas dan pengetahuan terkait integrasi lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), memperluas peluang bisnis yang menerapkan prinsip keberlanjutan dan memfasilitasi dialog dengan para pemangku kepentingan seperti regulator, investor, dan lainnya," tambah Rizkiasari.
IKBI sampai saat ini sudah memiliki 13 anggota sampai saat ini, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Tbk, PT Bank Mandiri, Tbk.; Bank Negara Indonesia (BNI), Tbk, Bank Central Asia (BCA), Tbk, Bank CIMB Niaga, Tbk, Bank Syariah Mandiri, Tbk, Bank BJB, Tbk, Bank OCBC NISP, Tbk, Maybank Indonesia, Tbk, HSBC Indonesia, Tbk, Bank Muamalat, Tbk, Bank Artha Graha Internasional, Tbk, BRI Syariah, Tbk
(ega/hns)