Saham gorengan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saham sebuah perusahaan yang 'bisa diatur' naik turunnya sehingga memiliki risiko investasi yang tinggi.
Siapa di balik keputusan menempatkan dana milik peserta Asuransi Jiwasraya dalam saham gorengan hingga membuat perusahaan nelangsa seperti saat ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi perusahaan kita ini, kami tuh masuk banyak yang tidak tahu ya (keadaannya). Kami masuk itu kan sudah dalam keadaan bermasalah. Terus kami ini (masuk) tingkatnya sebenarnya sudah penyelamatan perusahaan," kata Hexana kepada detikcom di kantornya bulan lalu.
Hexana bahkan terang-terangan menyebut ada manipulasi pada laporan keuangan perusahaan ketika dia masuk Jiwasraya. Hal ini juga yang membuat pemegang saham, dalam hal ini pemerintah merombak manajemen lama dan memasukkan dirinya.
"Jadi selama ini orang mendiskreditkan pemegang saham tiba-tiba begitu justru dari kecurigaan. Karena tidak GCG (Good Corporate Governance) di perusahaan, sehinggga laporan pun itu tidak benar. Agak dimanipulasi laporannya," katanya.
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo mengungkapkan masalah Jiwasraya terjadi karena pengurus lama tidak menerapkan prinsip kehati-hatian.
"Tapi investasi yang dilakukan itu tidak didukung dengan tata kelola perusahaan dan standar operasional prosedur yang baik oleh pengurus sebelumnya," kata Irvan.
Menurut dia, kasus Jiwasraya ini tidak dapat terjadi hanya pelaku tunggal baik internal maupun eksternal.
"Jadi ini dapat terjadi hanya dengan kerja sama pihak internal atau pengurus lama dan eksternal serta termasuk juga oknum regulator," imbuh dia.
(kil/dna)