BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek mengklaim sistem jaminan sosial ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia lebih tinggi dan murah dibandingkan negara-negara berkembang di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.
Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto mengatakan negara-negara yang dimaksud adalah Filipina, Thailand, Malaysia, negara berkembang di Afrika, dan Amerika Latin.
"Ya kita bandingkan dengan Filipina, Thailand, kemudian Malaysia, kemudian India dan kita lihat negara Afrika, Amerika Latin dan kesimpulannya manfaat dari jaminan sosial ketenagakerjaan Indonesia jauh lebih bagus," kata Agus saat berbincang dengan detikcom, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Terhitung sejak ditandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2019 tentang perubahan atas PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Manfaat yang diberikan kepada peserta ini mengalami peningkatan signifikan.
Peningkatan manfaat ini seperti pemberian beasiswa kepada maksimal 2 orang anak atau ahli waris dengan nilai maksimal Rp 174 juta atau naik 1.350% dari yang sebelumnya hanya Rp 12 juta untuk 1 orang anak. Selain itu, ada pula uang santunan yang diberikan lewat program JKM sebesar Rp 42 juta dari yang sebelumnya Rp 24 juta.
"Jadi kebetulan saya aktif di asosiasi jaminan sosial di Asia Tenggara, membandingkan di beberapa negara dengan di Indonesia ternyata manfaat jaminan sosial ketenagakerjaan manfaatnya luar biasa besar, jadi iurannya kecil manfaatnya besar. Kenapa? karena konsep gotong royong ini jalan, jumlah pesertanya banyak dan ini ada akumulasi dana sebelumnya sehingga tingkat likuiditasnya sangat bagus, sehingga adanya peningkatan," jelas Agus.
Berdasarkan catatan BPJamsostek, jumlah peserta yang aktif hingga saat ini sebanyak 55,2 juta orang dan 681.400 perusahaan. Angka tersebut masih sekitar 60% dari total potensi peserta yang ada di Indonesia. Jumlah pekerjaa di Indonesia yang berpotensi tercover BP Jamsostek ada sekitar 90 juta orang.
Dia pun mengaku akan menjangkau sisa pekerja Indonesia yang belum ikur program BP Jamsostek. Upaya yang akan dilakukan adalah bersinergi dengan pemerintah daerah, Disnaker untuk sosialisasi dan edukasi mengenai program BP Jamsostek, hingga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat.
Bahkan BP Jamsostek juga merekrut agen Perisai atau penggerak jaminan sosial Indonesia. Total agen ini mencapai sekitar 6.300 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
"Ini adalah agen BPJS Ketenagakerjaan mereka bertugas untuk sosialisasi, edukasi, melakukan pendaftaran, memungut iuran, membantu proses klaim, mereka bukan karyawan organik tapi ini masyarakat yang kita rekrut untuk menjadi agen kemudian kita berikan fee," ungkap dia.
Baca juga: Kado Manis BP Jamsostek Buat Seluruh Peserta |
(hek/ang)