BI Turunkan Suku Bunga ke 4,75%, Sudah Tepatkah?

BI Turunkan Suku Bunga ke 4,75%, Sudah Tepatkah?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 24 Feb 2020 11:20 WIB
Logo Bank Indonesia
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) telah memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% pekan lalu. Keputusan ini disebut akan merugikan perbankan nasional karena akan menggerus laba.

Presiden Direktur Center for Banking Crisis (CBC), Achmad Deni Daruri mengungkapkan langkah BI memotong bunga acuan ini adalah hal yang tidak tepat.

"Terkesan kuat Bank Indonesia mengabaikan fakta bahwa likuiditas perbankan di Indonesia sudah sangat ketat," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (24/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut perbankan saat ini memiliki loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi. Bahkan ada bank yang LDR nya mencapai 111%. Penurunan bunga ini akan berdampak negatif dan kerap diabaikan oleh BI.

Menurut dia, pengambil kebijakan moneter menganggap cost capital sebagai paradigma utama kebijakan tingkat suku bunga. Dalam konteks penyaluran pinjaman dan bukan memperhitungkan suku bunga pinjaman dan bunga tabungan sebagai sistem bejana berhubungan yang tak bisa dipisahkan.

ADVERTISEMENT

Kemudian, dengan turunya bunga acuan ini, menghilangkan kesadaran jika penurunan bunga seolah tidak berbahaya dan harus dilakukan.

"Dalam hal ini, BI sangat konservatif tanpa memahami esensi penurunan tingkat suku bunga itu sendiri. Apa yang dilakukan BI dapat dikatakan sebagai langkah latah, mengekor apa yang dilakukan otoritas moneter RRC yang menurunkan tingkat suku bunga, karena krisis corona virus," ungkapnya.

Menurut Deni, LDR perbankan yang sudah masuk dalam warning sangat berbahaya dan berpotensi mengancam bank masuk dalam masalah yang besar.

Ada masalah-masalah baru yang akan muncul dari penurunan bunga ini antara lain, penurunan suku bunga BI memberikan dampak kepada tingkat suku bunga mengalami tren penurunan secara akumulatif.

"Kedua, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia akan memberikan dampak negatif secara akumulatif bagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke-delapan hingga kuartal kedua belas, di mana akumulasinya penurunan yang semakin dalam dengan berjalannya waktu," ungkapnya

Ketiga, tutur Deni, penurunan tingkat suku bunga BI memberikan dampak negatif secara akumulatif bagi konsumsi swasta pada kuartal ketujuh hingga kuartal keduabelas dengan akumulasi penurunan yang semakin dalam dengan berjalannya waktu.

"Dengan demikian, penurunan tingkat suku bunga terlebih dahulu memukul konsumsi swasta sebelum akhirnya memukul pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Keempat, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia akan membuat Financial Account dalam Balance of Payments menjadi deficit secara akumulatif dari kuartal pertama hingga kuartal kesebelas dengan puncak deficit terjadi pada kuartal keempat.

Kelima, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia akan menekan Current Account dalam Balance of Payments untuk menjadi defisit.

"Tekanan defisit tersebut secara akumulatif menjadi semakin besar dengan berjalannya waktu. Berbeda dengan Financial Account yang puncak defisitnya terjadi pada kuartal keempat, pada Current Account puncak defisitnya terus bergerak meninggi dengan berjalannya waktu," kata Deni.

Keenam, masih kata Deni, penurunan suku bunga BI membuat real effective exchange rate Indonesia semakin tidak kompetitif secara akumulatif pada kuartal keempat hingga keenam. "Periode paling tidak kompetitifnya terjadi pada kuartal ketiga," ungkapnya.

BI Turunkan Suku Bunga ke 4,75%, Sudah Tepatkah?

Hide Ads