Menanggapi hal tersebut, President Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri menerangkan, apabila angka defisit APBN hanya diproyeksikan 5%, dikhawatirkan ekspansi fiskal secara riil tidak akan berubah. Menurut dia, perang melawan Covid 19 harus memiliki efek ekspansi fiskal yang riil yang signifikan.
"Sudah saatnya pembiayaan diutamakan dari IMF karena ancaman terbesar dari perang terhadap corona virus yang dilakukan oleh masyarakat dunia akan menyebabkan ancaman krisis neraca pembayaran. Targetnya, awal April dana pinjaman dari IMF sudah dijamin 100 persen diperoleh Indonesia jika membutuhkan," kata Deni dalam keterangannya, Rabu (1/4/2020).
Dia menjelaskan untuk menjalankan program-program safety net, pembiayaan dalam didapatkan dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), yang targetnya pada pertengahan April harus sudah terealisasikan.
"Untuk melakukan program bailout, pembiayaan diproyeksikan berasal dari pendanaan Bank Indonesia, seperti yang juga dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat," paparnya.
Menurut Deni, BI harus segera melakukan currency swap dengan bank sentral Amerika Serikat secepatnya. Karena pinjaman bilateral akan sulit diperoleh.
Dia menjelaskan untuk pemulihan krisis dana yang dibutuhkan harus dari berbagai sumber yakni likuiditas bank sentral atau penyediaan dana publik oleh pemerintah.
Baca juga: Setelah UN Dihapus Lebih Cepat |
(kil/ang)