Tambah Likuiditas Bank, BI Turunkan GWM 200 Bps

Tambah Likuiditas Bank, BI Turunkan GWM 200 Bps

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 14 Apr 2020 18:42 WIB
Logo Bank Indonesia
Foto: Sylke Febrina Laucereno/detikFinance
Jakarta -

Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah diturunkan 200 basis poin (bps) oleh Bank Indonesia (BI) untuk bank umum konvensional. Kemudian untuk bank umum syariah atau unit usaha syariah (UUS) 50 basis poin.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan kebijakan ini berlaku pada 1 Mei 2020 dan diharapkan bisa memperkuat manajemen likuiditas perbankan.

"Kami juga memperkuat likuiditas perbankan dengan menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah," kata Perry dalam siaran pers, Selasa (14/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian kenaikan PLM wajib dipenuhi melalui pembelian SUN/SBSN yang akan diterbitkan oleh Pemerintah di pasar perdana Dia mengungkapkan penurunan GWM juga untuk menambah likuiditas sekitar Rp 102 triliun, setelah sebelumnya telah dilakukan penurunan GWM pada 2019 dan awal 2020 yang menambah likuiditas sekitar Rp 53 triliun dan penurunan GWM valas sebesar empat persen untuk menambah likuiditas valas perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS.

Menurut Perry respons kebijakan ini kemudian dapat menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan tetap memadai.

ADVERTISEMENT

Perry menyebut saat ini kecukupan likuiditas masih memadai tercermin pada rata-rata harian volume PUAB Maret 2020 yang tetap tinggi sebesar Rp 12,8 triliun. Kemudian rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap sebesar 22,81% pada Februari 2020.

"Penurunan ini tidak memberlakukan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode satu tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020," kata dia.

Ke depan, bank sentral akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi di pasar uang, sehingga dapat memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

"Bank Indonesia meyakini peningkatan stimulus fiskal Pemerintah dewasa ini akan makin memperkuat efektivitas transmisi kebijakan injeksi likuiditas yang ditempuh Bank Indonesia kepada sektor riil," imbuh dia.




(kil/fdl)

Hide Ads