Ia mengungkapkan, usulan ini jadi perbincangan panas dalam diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh ternama, seperti pakar ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Prof. Dr. Didik J. Rachbini, anggota Komisi XI dari fraksi Golkar Mukhamad Misbakhun, dan Ketua KEN (Komite Ekonomi Nasional) Sutrisno Bachir.
Menurut Dahlan, dalam diskusi panas tersebut Didik sudah berulang kali mengingatkan risiko 'menyeramkan' yang bisa timbul dari pencetakan uang ratusan triliun rupiah tersebut.
"Memang begitulah teori ekonomi yang paten. Pencetakan uang hanya akan menghasilkan inflasi. Masih ditambah melemahnya kepercayaan internasional," kata Dahlan seperti dikutip dari laman disway.id, Senin (12/5/2020).
Dahlan menuturkan, Didik bahkan kembali mengingatkan semua pihak terkait risiko inflasi tinggi yang sudah pernah 'ditelan' Indonesia pada tahun 1950.
"Itu pernah dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara dari Partai Masyumi. Inflasi langsung naik 1000%," tulis Dahlan yang menguraikan pernyataan Didik.
Namun, Misbakhun terus menolak pendapat tersebut. "Tapi DPR menolak teori itu. Tokoh utamanya adalah Mukhamad Misbakhun. Dari Partai Golkar. Yang dulu aktivis PKS itu," tulis Dahlan.
Menurut keterangan Dahlan, Misbakhun sudah meyakini usulan cetak uang ini sudah digenggam erat oleh DPR, terutama dari fraksi Golkar yang pemimpin partainya tak lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
"(Keputusan Golkar) sudah bulat," jawab Misbakhun seperti yang dituliskan Dahlan dalam laman tersebut.
Dahlan mengatakan, topik cetak uang ini tak habis-habisnya diperdebatkan para tokoh tersebut.
"Begitu serunya webinar hari itu. Yang rencana 2 jam menjadi 4 jam. Sampai pukul 14.00 WIB. Untung webinar itu lebih 'merdeka'. Bisa ditinggal salat dzuhur tanpa harus pamit moderator," kata Dahlan.
(dna/dna)