4 Tanda Bank AS di Ujung Tanduk

4 Tanda Bank AS di Ujung Tanduk

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 14 Jul 2020 18:45 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Tahun 2020 menjadi tahun terburuk bagi perbankan kelas dunia di Amerika Serikat (AS). Pengangguran massal, lonjakan kebangkrutan, krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta suku bunga yang mendekati angka nol mempertaruhkan nasib perbankan AS.

Perbankan AS juga dikatakan tengah berada di ujung tanduk. Ini tanda-tandanya:

1. Laba Bank Anjlok

Laba bank kelas dunia seperti JPMorgan Chase (JPM), Bank of America (BAC), dan Citigroup (C) diprediksi anjlok hingga 50% di kuartal II-2020. Sementara, Wells Fargo (WFC) diprediksi mengumumkan kerugian di kuartal I-2020 dan memangkas dividen. Secara keseluruhan, Wall Street atau distrik keuangan di Kota Manhattan, New York itu bersiap-siap menghadapi kondisi terburuk setelah bank-bank tersebut menyampaikan laporan keuangan perusahaan pekan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Hadapi Tumpukan Kredit Macet

Penyusutan laba atau kerugian langsung pada bank Wells Fargo menunjukkan fakta bahwa bank sedang bersiap untuk menghadapi tumpukan pinjaman yang 'beracun' atau berisiko tinggi mengalami kegagalan karena pandemi virus Corona (COVID-19).

Dilansir CNN, Selasa (14/7/2020), Bank of America (BAC), JPMorgan, Citi, Wells Fargo, dan US Bancorp (USB) secara kolektif telah mengeluarkan dana US$ 35 miliar atau sekitar Rp 500 triliun (kurs Rp 14.300) untuk meredam pinjaman yang berujung gagal.

ADVERTISEMENT

3. Dihantam Suku Bunga Rendah

Di luar kebangkrutan dan pengangguran yang tinggi, profitabilitas bank dihancurkan oleh suku bunga yang sangat rendah. Pasalnya, bank memperoleh pendapatan dari selisih antara bunga yang dibebankan pada pinjaman dan apa yang dibayarkan pada deposito. Saat ini, selisih itu sangat tipis yang mengakibatkan bank sulit memperoleh keuntungan.

Apalagi, bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed telah memberikan sinyal untuk mempertahankan suku bunga 0% lebih lama lagi.

4. Harga Saham Bank AS Anjlok

Kondisi-kondisi di atas mengakibatkan harga saham bank-bank AS jatuh terpuruk. KBW Bank Index (BKX) telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya tahun ini, tertinggal jauh dari penurunan 2% untuk S&P 500 pada tahun 2020.

Nilai saham Wells Fargo telah turun 54% sepanjang tahun 2020. Lalu, harga saham bank-bank super-regional seperti PNC (PNC) dan Bancorp AS telah anjlok sekitar 40% masing-masing. Keduanya diperkirakan akan mencatat penurunan tajam pada pekan ini.

Selain kondisi yang menavigasi pasar, bank juga bergulat dengan meningkatnya kasus Corona di negara bagian Sun Belt termasuk Texas, Arizona dan Florida.

Menurut analisis Morgan Stanley, Bank of America memiliki deposito sebesar US$ 591 miliar di 50 negara teratas di seluruh AS yang telah mencatat rekor kasus Corona terbaru selama satu bulan terakhir. Begitu juga dengan JPMorgan (US$ 427 miliar), Wells Fargo (US$ 389 miliar), dan US Bancorp (US$ 151 miliar). Angka tersebut menunjukkan bahwa bank-bank di atas punya pengaruh yang sangat besar terhadap nasib dolar AS.




(dna/dna)

Hide Ads