Pandemi virus Corona atau COVID-19 dinilai membawa perubahan pada perilaku nasabah perbankan di Indonesia dari konvensional ke mobile banking. Sehingga pelaku perbankan juga dituntut mengembangkan ekosistem digital untuk menjawab kebutuhan tersebut.
"Kita pun sudah menyiapkan uang elektronik dan beberapa aplikasi," kata Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo dalam Seminar Daring Business Leadership Series bertajuk New Challenges in Banking and Financial Institution During and Post COVID-19 yang dikirim dalam keterangan tertulis oleh Humas UGM, Selasa (21/7/2020).
Menurut Abdullah, pandemi COVID-19 bisa dihadapi dengan perubahan. Ada tiga nilai dari perubahan, kata Abdullah, yakni adaptasi, adopsi, dan kolaborasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memaparkan pembangunan ekosistem digital di era pandemi COVID-19 juga diikuti dengan sejumlah langkah, seperti, tetap menerapkan protokol kesehatan, transaksi pemasaran digital, work from home (WFH), split and partial operation, serta berusaha menjaga kualitas aset ketimbang pertumbuhannya.
Meskipun demikian, ia juga tidak menampik terjadi paradoks dalam perbankan syariah di Indonesia. Jumlah penduduk Muslim di Indonesia mencapai 87 persen atau 209 juta, tetapi perekonomian syariah tidak masuk lima besar.
"Di Indonesia ada market share enam persen, jauh di bawah perbankan konvensional," ucapnya.
Dia mengungkap, literasi perbankan syariah Indonesia hanya delapan persen dan tingkat inklusi 9,1 persen. Menurutnya, faktor eksternal juga mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah.
Ia menyebutkan permodalan di perbankan syariah lebih kecil dengan ongkos pendanaan lebih tinggi dalam menggali dana pasar. Selain itu, kata Abdulla, nasabah perbankan syariah biasanya masyarakat kelas dua.
"Artinya, secara keuangan perbankan syariah berhadapan dengan risiko kredit yang mengakibatkan pertumbuhan laba tidak optimal," paparnya.
Langsung klik halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Momen Teume Nobar TREASURE di Area Outdoor Allo Bank Festival 2025"
[Gambas:Video 20detik]