Jurus Perbankan Bertahan di Tengah Corona

Jurus Perbankan Bertahan di Tengah Corona

Sukma Indah Permana - detikFinance
Selasa, 21 Jul 2020 18:34 WIB
Poster
Ilustrasi/Foto: Edi Wahyono
Yogyakarta -

Pandemi virus Corona atau COVID-19 dinilai membawa perubahan pada perilaku nasabah perbankan di Indonesia dari konvensional ke mobile banking. Sehingga pelaku perbankan juga dituntut mengembangkan ekosistem digital untuk menjawab kebutuhan tersebut.

"Kita pun sudah menyiapkan uang elektronik dan beberapa aplikasi," kata Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo dalam Seminar Daring Business Leadership Series bertajuk New Challenges in Banking and Financial Institution During and Post COVID-19 yang dikirim dalam keterangan tertulis oleh Humas UGM, Selasa (21/7/2020).

Menurut Abdullah, pandemi COVID-19 bisa dihadapi dengan perubahan. Ada tiga nilai dari perubahan, kata Abdullah, yakni adaptasi, adopsi, dan kolaborasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memaparkan pembangunan ekosistem digital di era pandemi COVID-19 juga diikuti dengan sejumlah langkah, seperti, tetap menerapkan protokol kesehatan, transaksi pemasaran digital, work from home (WFH), split and partial operation, serta berusaha menjaga kualitas aset ketimbang pertumbuhannya.

Meskipun demikian, ia juga tidak menampik terjadi paradoks dalam perbankan syariah di Indonesia. Jumlah penduduk Muslim di Indonesia mencapai 87 persen atau 209 juta, tetapi perekonomian syariah tidak masuk lima besar.

ADVERTISEMENT

"Di Indonesia ada market share enam persen, jauh di bawah perbankan konvensional," ucapnya.

Dia mengungkap, literasi perbankan syariah Indonesia hanya delapan persen dan tingkat inklusi 9,1 persen. Menurutnya, faktor eksternal juga mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah.

Ia menyebutkan permodalan di perbankan syariah lebih kecil dengan ongkos pendanaan lebih tinggi dalam menggali dana pasar. Selain itu, kata Abdulla, nasabah perbankan syariah biasanya masyarakat kelas dua.

"Artinya, secara keuangan perbankan syariah berhadapan dengan risiko kredit yang mengakibatkan pertumbuhan laba tidak optimal," paparnya.

Langsung klik halaman selanjutnya.

Selain Firman, Seminar daring yang diselenggarakan Keluarga Alumni Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Bisnis Universitas Gadjah Mada (Kafegama MM UGM) ini juga menghadirkan Direktur Tresuri Bank Panin, Gunawan Santoso. Gunawan menambahkan sebelum pandemi COVID-19, perbankan sudah mengalami banyak tantangan yang membuat pengelola perbankan mengubah cara berpikir para pelakunya.

"Kami berhadapan dengan anak-anak milenial, yang cara berpikirnya mudah dan simple, berhadapan dengan fintech dan start up yang secara signifikan mendisrupsi dunia perbankan, mudah memberikan kredit ketimbang perbankan konvensional," tuturnya.

Salah satu strategi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, kata Gunawan, adalah perbankan akhirnya bekerja sama dengan marketplace online. Ia mengungkapkan pandemi COVID-19 mempercepat tantangan yang dari dulu dihadapi, seperti percepatan transaksi online.

Ia menilai pandemi COVID-19 membuat ketidakpastian meningkat. Selain itu, menurutnya tidak pernah ada yang tahu kapan berakhir dan sejauh mana pandemi COVID-19 ini terjadi. Oleh karena itu di tengah situasi ini, Gunawan menilai likuiditas dan cash menjadi skala prioritas bagi nasabah.

"Dulu orang melakukan pembayaran datang ke bank, sekarang hal itu tidak perlu lagi," jelasnya.



Simak Video "Video: Momen Teume Nobar TREASURE di Area Outdoor Allo Bank Festival 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads