Program Bank Jangkar adalah sebuah program yang tak lazim yang mungkin hanya ada di Indonesia. Sebagai program yang baru maka langkah pertama adalah melakukan sosialisasi. Kementerian Keuangan harus melakukan sosialisasi yang baik. Terkoreksinya harga saham bank-bank Buku 4 menurut banyak pelaku pasar disebabkan oleh tanggapan negatif dari program baru ini.
Harga pasar yang terkoreksi ini dilakukan oleh para investor asing. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan kaburnya investor asing ini, namun kondisi itu memperlihatkan bahwa ada risiko baru yang akan ditanggung oleh Bank Jangkar.
"Perlu diingat bahwa harga saham merupakan refleksi dari kondisi arus kas di masa depan," ujar Harvick Hasnul Qolbi Bendahara PBNU, dalam keterangan tertulis, Rabu (9/9/2020)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Kementerian Keuangan dapat meyakinkan pelaku pasar dalam hal ini investor asing bahwa arus kas di masa depan dari Bank Jangkar akan positif akibat program baru ini maka harga saham Bank Buku 4 akan kembali naik dengan sendirinya. Sejauh mana Kementerian Keuangan menanggapi dengan baik respons investor internasional akan menentukan bukan hanya baliknya investor asing dan naiknya harga saham, namun yang lebih penting lagi kebijakan ini kredibel.
Menurut Harvick membuat program baru yang menyangkut kepercayaan publik haruslah dilakukan secara hati-hati, apalagi publik yang terlibat adalah para investor asing yang dapat segera menghitung potensi risiko yang akan diterima oleh Bank Jangkar. Mungkin saja para investor asing salah dalam menghitung risikonya karena informasi yang mereka terima juga keliru.
Langsung klik halaman selanjutnya
Untuk itu Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus lebih aktif menjelaskan program ini kepada public. Secara akal sehat memang program Bank Jangkar ini membingungkan sebab jika program seperti ini merupakan program yang bagus maka tentunya banyak negara lain sudah menerapkan program seperti ini.
"Program seperti ini juga tidak ada di buku-buku moneter di manapun baik di negara kapitalis maupun negara sosialis. Untuk Kementerian Keuangan meninjau ulang program ini sebelum menjadi bumerang," tutur Harvick
Mekanisme di bank sentral sudah cukup untuk mengatasi permasalahan bank-bank yang memerlukan bantuan likuiditas. Dikhawatirkan program Bank Jangkar akan menciptakan distorsi baru yang bukan hanya tidak perlu tetapi juga berbahaya bagi perekonomian. OJK seyogyanya wajib mengeluarkan hasil stress test dengan adanya program baru ini untuk diterapkan kepada seluruh perbankan.
Jangan-jangan investor asing telah melakukan stress test ini dan hasilnya negatif sehingga mereka kabur menjual saham-saham perbankan Buku 4 di Indonesia," kata Harvick
Dia menegaskan mekanisme penyelamat bank-bank di bank sentral merupakan mekanisme terbaik karena tidak menimbulkan moral hazard. Hal ini dapat terjadi, misalnya, ketika sebuah bank mengambil lebih banyak risiko karena bank lain menanggung biaya dari risiko-risiko tersebut. Moral hazard dapat terjadi dimana tindakan salah satu pihak dapat berubah menjadi kerugian pada pihak yang lain setelah transaksi keuangan telah terjadi.
Satu pihak membuat keputusan tentang berapa banyak risiko yang harus diambil, sementara pihak lain yang menanggung biaya jika hal-hal buruk terjadi, dan pihak yang terhindar dari risiko berperilaku berbeda dengan jika dia sepenuhnya terpapar risiko. Perlulah diingat bahwa hampir semua bank Buku 4 bukanlah bank-bank yang memiliki spesialisasi dalam memberikan kredit kepada sektor usaha kecil dan menengah.
"Selain itu juga harus diingat bahwa Bank Buku 4 bukanlah berisi professional yang mengerti menjalankan fungsi bank sentral dalam memberikan likuiditas kepada bank bermasalah. Risikonya dana yang ditempatkan oleh pemerintah akan tidak balik modal dengan demikian defisit APBN akan semakin besar!" tuturnya.
Simak Video "Video: Power Bank Berasap di Pesawat Tujuan Belanda, Penumpang Panik!"
[Gambas:Video 20detik]
(pl/pl)