Analisis Yusuf Mansur soal Merger 3 Bank BUMN Syariah

Analisis Yusuf Mansur soal Merger 3 Bank BUMN Syariah

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 16 Okt 2020 06:00 WIB
Ustaz Yusuf Mansur akhirnya memenuhi panggilan penyidik Polrestabes Surabaya. Ia dipanggil sebagai saksi kasus penipuan perumahan fiktif berkedok syariah, Multazam Islamic Residence.
Foto: Deny Prastyo Utomo
Jakarta -

Merger tiga bank syariah BUMN, PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) telah menarik banyak perhatian publik. Salah satunya Ustaz Yusuf Mansur (UYM).

Founder PayTren itu memberikan analisanya terhadap merger tersebut, termasuk pergerakan saham BRIS ke depannya. Bukan tanpa alasan, pada saat BRIS IPO, UYM merupakan salah satu pembelinya.

UYM membeli saham BRIS sebelum dicatatkan melalui perusahaan PayTren Aset Manajemen yang menjadi manajer investasi Kopindo dan melakukan Kontrak Pengelolaan Dana (KPD)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam akun Instagramnya yang terverifikasi, Ustaz Yusuf Mansur menjelaskan pandangannya yang dia sebut analisa sederhana. Dia menyertakan analisisnya dengan tangkapan layar pergerakan saham BRIS yang meroket 24,89% pada perdagangan kemarin ke level Rp 1.405.

Dia menjelaskan, dari 3 bank BUMN syariah itu hanya BRIS yang sudah go public atau sahamnya mejeng di pasar modal. Sementara BSM dan BNI Syariah masih dimiliki induknya PT Bank Mandiri Tbk dan PT BNI Tbk.

ADVERTISEMENT

"Kedua bank Syariah itu belum go public, tetapi dimiliki induknya yg sudah go public. Kedua bank itu akan dilebur ke BRIS," terangnya.

Ustaz Yusuf Mansur pun menjelaskan dalam teori Text Book Intermediate Accounting seharusnya dilakukan share swap atau pertukaran aset saham antara Bank Mandiri dengan BNI dengan memberikan 100% kepemilikan sahamnya di anak usahanya ke BRIS.

Kemudian, lanjut Ustaz Yusuf Mansur, BRIS akan memberikan sahamnya ke Bank Mandiri dan BNI. Nah untuk melakukan hal itu menurutnya BRIS seharusnya menerbitkan saham baru rights issue untuk diberikan ke Bank Mandiri dan BNI.

Berlanjut di halaman selanjutnya>>>

Jika BRIS menerbitkan saham baru, maka jumlah saham yang beredar semakin besar. Dengan begitu investor yang memegang saham BRIS saat ini jumlah kepemilikannya akan terdilusi.

"Sebagai pemegang saham BRIS saat ini, memang nanti akan terdilusi jumlah saham kita, secara otomatis persentase nya juga. Tapi jumlah saham yg kita pegang TETAP SAMA," tulisnya.

"Kuncinya adalah di VALUASI. Berapa valuasi BNI Syariah dan Mandiri Syariah per lembar saham nya, dan berapa di BRIS. Setelah didapat valuasi maka barulah share swap terjadi. Kalau diibaratkan seperti tuker guling tanah. Ini yg para analis blm hitung & hanya bicara kulitnya saja," terangnya Ustaz Yusuf Mansur.

Menurutnya metode yang paling pas untuk menghitung valuasinya dengan mempertimbangkan Net Asset Value (NAV) per lembar saham. Secara persentase pemegang saham BRIS saat ini akan terdilusi, tapi nilai saham yang dimiliki tetap sama.

Dia meyakini NAV Bank Mandiri dan BNI juga akan melonjak beriringan dengan BRIS. Dia juga yakin saham BRIS masih memiliki potensi untuk menguat seiring dengan fundamental bisnis yang semakin kuat akibat merger tersebut.


Hide Ads