PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berupaya menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun berada di kisaran 2-4% year on year (yoy). Kredit korporasi BNI akan difokuskan pada sektor yang relatif tidak terdampak pandemi dan memiliki kontribusi positif, termasuk yang berorientasi ekspor dan padat karya.
Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir menjelaskan porsi kredit korporasi BNI sebesar 53% terhadap total kredit keseluruhan. Ia menyebut kedepannya, BNI akan menargetkan korporasi top tier.
Silvano menerangkan selama pandemi hampir seluruh sektor ekonomi terdampak baik secara langsung atau tidak, termasuk pula BNI. Meski demikian, ia tetap optimis BNI berpotensi tumbuh di tengah risiko tekanan dan kontraksi ekonomi. Segmen korporasi BNI diperkirakan tumbuh 4-5% untuk kredit modal kerja dan investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara untuk kredit sindikasi, kontribusinya terhadap portofolio sampai Oktober lalu adalah 17% dari keseluruhan kredit korporasi. Di tengah pandemi BNI optimis hingga akhir tahun kontribusi sindikasi bisa sama dengan tahun lalu yaitu sebesar 20%," urai Silvano dalam keterangan tertulis, Senin (7/9/2020).
Tahun ini BNI juga telah menyalurkan kredit pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk korporasi sebesar Rp 3,7 triliun atau 15% dari total kredit yang disalurkan. Silvano menambahkan kinerja beberapa sektor korporasi masih relatif baik di tengah pandemi, seperti komoditas pertambangan, sektor makanan dan minuman.
"Barang-barang yang affordable di market dan dikonsumsi khalayak. Food and beverage dan konsumer, pertambangan, komoditas yang kami lihat demand nya cukup sehat," imbuh Silvano.
Silvano juga menyebutkan kolaborasi kebijakan pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia membuat harapan ekonomi tumbuh di 2021 semakin besar. Dengan begitu, tahun depan pihaknya bisa fokus pada sektor-sektor yang akan mengalami pemulihan tahun depan.
Dipaparkan Silvano, sektor pertanian, informasi, komunikasi, jasa, kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan sudah menunjukkan pemulihan di kuartal III-2020. Selain itu, sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, makanan dan minuman juga diperkirakan akan pulih lebih cepat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan adanya vaksin.
"Dengan begitu, juga dengan sektor-sektor yang lain seperti pengolahan, manufaktur, kalau background tadi bisa terjadi, sektor yang tadi bisa bergerak bertumbuh sesuai dengan permintaan masyarakat," timpalnya.
![]() |
Silvano menegaskan Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain. Menurutnya dibutuhkan kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi tersebut, agar ketika krisis berakhir segmen korporasi bisa pulih lebih cepat karena multiplier effect-nya sangat besar.
"Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel," imbuh Silvano.
Selain itu, timpal Silvano, kebijakan regulator BI dan OJK sepanjang pandemi COVID-19 sangat membantu, seperti perpanjangan insentif restrukturisasi kredit yang dilakukan.
"Menjadi stimulus menjaga kualitas aset dan kestabilan rasio keuangan. Stimulus ini membantu perekonomian. Debitur mendapatkan tambahan waktu untuk pulih," ungkapnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan internal BNI, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi. Silvano menilai apa yang dilakukan regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis dampaknya bisa dirasakan.
"Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah pre emptif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III-2020 berada di level di atas 200%," urai Silvano.