Peningkatan harga Bitcoin mengejutkan Wall Street. Hal itu mendorong perusahaan keuangan global JPMorgan membuat prediksi mengenai pergerakan harga Bitcoin.
Dalam catatannya, JPMorgan memprediksi harga jangka panjang Bitcoin bisa tembus US$ 146.000 atau setara Rp 2,05 miliar. Harga Bitcoin nantinya akan bersaing dengan emas.
Kapitalisasi pasar Bitcoin dihitung dengan mengalikan harga dengan jumlah total koin yang beredar, saat ini mencapai lebih dari US$ 575 miliar. Menurut JPMorgan, angka tersebut harus naik 4,6 kali lipat untuk menyamai investasi emas sektor swasta yang mencapai US$ 2,7 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar nilai pasar Bitcoin mencapai level tersebut, volatilitas harga perlu turun secara substansial untuk memberikan kepercayaan kepada institusional yang diperlukan untuk membuat taruhan besar. Bitcoin dikenal karena volatilitasnya yang liar, dan turun tajam pada hari Senin (4/1) di bawah US$ 30.000 namun hal itu hanya terjadi sebentar.
Menurut penyedia data pasar Crypto Coin Metrics, harga Bitcoin naik 1% dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin di perdagangan pada sekitar US$ 31.720.
"Keuntungan jangka panjang ini berdasarkan penyamaan kapitalisasi pasar bitcoin dengan emas untuk tujuan investasi bergantung pada volatilitas bitcoin yang menyatu dengan emas dalam jangka panjang," tulis ahli strategi JPMorgan yang dikutip dari CNBC, Selasa (5/1/2021).
Crypto bulls mengatakan peningkatan harga Bitcoin baru-baru ini sangat berbeda dengan akhir 2017 yang membuatnya mendekati US$ 20.000 per koin, itu karena investor institusional mulai membeli dan ini dipandang sebagai pendorong kepercayaan yang sangat penting untuk aset digital.
Beberapa investor mungkin menganggap target harga tinggi Bitcoin dari JPMorgan cukup fantastis. CEO bank Jamie Dimon menyebut cryptocurrency sebagai penipuan.
Dimon lebih mendukung teknologi blockchain yang berfungsi sebagai dasar untuk mata uang digital seperti Bitcoin.