PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) turut berupaya membantu pemerintah dalam pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama masa pandemi, rasio pembiayaan BRI untuk UMKM paling besar dibandingkan untuk sektor lainnya.
Hingga kuartal III tahun 2020, tercatat 80,65% alokasi kredit BRI disalurkan kepada debitur UMKM. Capaian ini melampaui target awal perusahaan yang memproyeksikan penyaluran pembiayaan hingga 80% pada 2022. Setelah target tersebut tercapai, BRI mematok target penyaluran kredit dan pemberdayaan UMKM hingga mencapai 85%.
"Tantangannya adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Strateginya kami akan mencari di dua area. Pertama, (nasabah) yang eksisting kami naik kelas-kan. Kedua, kami cari sumber baru yaitu mencari (kelompok debitur) yang lebih kecil daripada mikro. Maka kami go smaller, kecil-kecil, tapi harus banyak," ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam keterangan tertulis, Selasa (19/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna meningkatkan efektivitas pemberdayaan bagi UMKM dan pelaku usaha ultra mikro, lanjut Sunarso, BRI terus mendorong digitalisasi proses penyaluran pembiayaan. Menurutnya digitalisasi membuat pelayanan keuangan secara cepat dan berbiaya rendah (go faster and go cheaper) bisa dilakukan BRI.
Selain itu, kata Sunarso, BRI juga fokus menjalankan berbagai program pelatihan dan edukasi agar para nasabah UMKM memiliki semangat wirausaha yang tinggi, paham mengenai administrasi dan manajerial usaha, serta terbuka aksesnya untuk menggunakan teknologi dan menjangkau pasar, informasi, serta modal yang lebih luas.
"Inovasi digital itu sangat penting karena tidak mungkin kita menangani yang kecil-kecil itu secara manual, malah nanti inefisiensi. Maka transformasi BRI fokusnya di dua hal, digital dan kultur. Kami melakukan digitalizing core, yaitu men-digitalisasi layanan dan transaksi atau business process eksisting," ulas Sunarso.
"Kemudian kami juga melakukan enhancement di aplikasi mobile banking, serta mendigitalkan proses kredit mikro dan ekosistem seperti membuat platform pasar.id, meluncurkan open API, dan mulai menggunakan big data analytics," imbuhnya.
BRI menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang diberi nama BRI Brain. Sistem tersebut akan mengorganisir data customer BRI untuk dianalisis dan menghasilkan prediksi dalam pengambilan keputusan. Dari Big Data Analytics yang dimiliki akan diolah oleh BRI Brain, kemudian akan menghasilkan BRI score yang akan digunakan sebagai panduan pekerja BRI mengambil keputusan. BRI Brain tidak hanya digunakan pada credit scoring, namun juga dalam profiling customer, deteksi transaksi fraud, dan lainnya.
Sunarso menjelaskan BRI juga melakukan digitalisasi proses transaksi dan penerapan sistem cashless agar perputaran uang di masyarakat bisa terjadi lebih cepat dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
BRI, tambah Sunarso, juga telah memiliki Indeks UMKM bernama BRI Micro & SME Index (BMSI) guna mengukur aktivitas bisnis, sentimen, serta ekspektasi pelaku usaha mikro terhadap kondisi perekonomian nasional. Sunarso memaparkan berdasarkan data terkini BMSI, terlihat kondisi usaha serta optimisme pelaku UMKM terhadap pemulihan ekonomi ke depannya semakin meningkat.
"Kuncinya adalah kita integrasi data dulu. Maka kalau data mikro, ultra mikro, dan lain-lain sudah terintegrasi, layanan kepada masyarakat itu akan cepat," papar Sunarso.
"Syarat untuk tetap tumbuh, pertama, tetap menggerakkan UMKM. Kedua, supaya UMKM ini tumbuh maka paling dekat adalah menggerakkan permintaan. Kemudian infrastruktur juga jangan dipandang remeh. Infrastruktur sudah banyak menyedot capital, maka kalau itu berhenti akan sia-sia," pungkasnya.
(akn/hns)