BRI Buka Suara soal Rencana Digabungkan dengan PNM dan Pegadaian

BRI Buka Suara soal Rencana Digabungkan dengan PNM dan Pegadaian

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 21 Jan 2021 18:07 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso
Direktur Utama BRI Sunarso/Foto: BRI
Jakarta -

Kementerian BUMN berencana membentuk Holding Ultra Mikro yang merupakan gabungan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk alias BRI, PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero).

Merespons rencana itu, Direktur Utama (Dirut) BRI Sunarso mengatakan keputusan tersebut sepenuhnya ada di pemegang saham. BRI nantinya akan mengikuti semua keputusan pemegang saham.

"Dalam rangka holding ultra mikro ini, meskipun semua sudah sangat menunggu pertanyaan saya, itu domainnya pemegang saham, dan kami adalah pihak yang akan diholdingkan, sehingga jawabannya adalah kami serahkan ke pemegang saham dan kami akan mengikuti arahan pemegang saham," kata Sunarso dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BRI yang digelar virtual, Kamis (21/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, Menteri BUMN Erick Thohir punya rencana aksi-aksi korporasi untuk emiten BUMN. Dalam hal ini, ia menyebutkan salah satunya Holding Ultra Mikro yang merupakan peleburan dari BRI, PNM, dan Pegadaian.

"Ini untuk menjangkau ultra mikro, karena kita tahu ada sekitar 40an atau 50% ultra mikro yang belum terjangkau oleh perbankan, atau juga namanya financial tech-inklusi. Inilah aksi korporasi yang dilakukan pak Erick Thohir sehingga dia juga naik," ujar Arya dalam acara Creative Money Berita Satu bertema Primadona Emiten 2021, Selasa (19/1/2021).

ADVERTISEMENT

Pada 16 Desember 2020, Erick mengatakan rencana sinergi tersebut bertujuan untuk mendorong pengusaha kecil untuk naik kelas, UMKM yang semula tidak bankable bisa masuk kategori layak mendapatkan kredit perbankan.

"Pembiayaan ultra mikro juga sama, menggabungkan satu data UMKM dengan upaya kita, pengusaha kecil naik kelas. Ultra mikro yang tadinya tidak bankable, naik kelas jadi bankable. Yang tadinya pinjaman Rp 2 juta karena track record bagus akhirnya mendapatkan pinjaman Rp 50 juta. Hal-hal ini kita gabungkan dan efisienkan," kata Erick dalam Indonesia Digital Conference 2020, seperti yang dilansir CNBC Indonesia.

Faktor bunga kredit juga menjadi alasan mengapa Erick berencana mendirikan Holding Ultra Mikro tersebut.

"Salah satu yang kita tekankan di sini adalah bunga. Jangan sampai (pengusaha) yang kecil dapat bunga mahal, yang besar dapat bunga murah karena struktur keuangannya. Contoh, PNM ketika menerbitkan untuk kebutuhan dananya mungkin (kasih) 9%, tapi BRI dengan market besar pinjamannya 3%," kata Erick.

(ara/ara)

Hide Ads