Asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terus berupaya keluar dari tekanan likuidasi perusahaan. Upaya itu seiring sejalan dengan penyelamatan polis Jiwasraya lewat program restrukturisasi.
Koordinator Juru Bicara Tim Percepatan Restrukturisasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Mahelan Prabantarikso mengungkapkan, untuk keluar dari tekanan itu, beragam upaya sudah dilakukan oleh manajemen baru Jiwasraya.
Seperti misalnya, dari sisi pendanaan Jiwasraya sudah melakukan penerbitan REPO senilai Rp 1,12 triliun. Selain itu fasilitas kredit senilai Rp 200 miliar dan Rp 218 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada juga optimalisasi aset properti sebesar Rp 1,4 triliun dan penerbitan medium term notes (MTN) senilai Rp 500 miliar sampai optimalisasi aset investasi berupa gain atas obligasi senilai Rp 410 miliar," ujar Mahelan dalam acara diskusi virtual, Rabu (10/3/2021).
Mahelan menambahkan, dari sisi bisnis perseroan juga menghentikan produk asuransi yang merugikan dan penjualannya minim. Selanjutnya ada strategi repricing produk dengan profitabilitas negatif namun tinggi dari sisi penjualan.
Penjualan produk baru yang berpotensi mendatangkan profitabilitas juga dilakukan oleh Jiwasraya. Kemudian bekerja sama dengan Link Aja dalam penjualan produk asuransi, pembentukan unit khusus bisnis korporasi, revitalisasi bisnis ritel, penjualan produk asuransi baru via digital, revitalisasi keagenan yang saling menguntungkan.
Jiwasraya juga saat ini meningkatkan transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Kemudian menciptakan standarisasi penempatan portofolio investasi yang ideal dan sesuai aturan.
"Penerapan manajemen risiko pada investasi dan restrukturisasi organisasi hingga perbaikan pada proses bisnis investasi," tambah dia. Mahelan menyebut visi dan misi perusahaan juga diubah.
Jiwasraya kini juga menerapkan prinsip GCG antara lain anti gratifikasi, pengendalian informasi, pelaporan pelanggaran, penerapan pedoman etika dan pelaku, hingga LHKPN. Ada juga transformasi budaya kerja menjadi AKHLAK dan manajemen kinerja pegawai untuk meningkatkan output kinerja.
Jiwasraya diketahui sebagai perusahaan asuransi dengan segudang masalah, seperti likuiditas dan solvabilitas yang terjadi sejak 2008 dan solusi penyelesaian tak pernah tepat. Kemudian masalah window dressing atau poles laporan keuangan akibat kebijakan reasuransi dan revaluasi aset yang terjadi sejak 2008 sampai 2017.
"Ada penerbitan produk asuransi yang bersifat investasi dan bergaransi bunga tinggi untuk memenuhi likuiditas," jelasnya. Kondisi inilah yang menyebabkan mayoritas aset investasi yang dimiliki perusahaan tidak bernilai dan tidak likuid.
Karena itu produk Saving Plan harus diberhentikan penjualannya karena sudah gagal bayar dan sudah bersifat Ponzi. Kemudian menurunnya pendapatan investasi sejak 2017 nilai klaim dan manfaat yang meningkat drastis.
Lihat juga Video: Moeldoko Siap Fasilitasi Korban Jiwasraya Bertemu Kementerian BUMN