3 Fakta Citi Tutup Bisnis Ritel di Indonesia

3 Fakta Citi Tutup Bisnis Ritel di Indonesia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 16 Apr 2021 18:00 WIB
Logo Citibank
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Citigroup mengumumkan akan menutup bisnis ritel di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Penutupan ini dilakukan karena Citi ingin fokus pada institusional banking.

Termasuk Citi Indonesia yang saat ini sudah melayani 90% dari 20 perusahaan terbesar di Indonesia tahun 2020 lalu. Pihak Citi Indonesia juga memastikan tak ada perubahan yang terjadi saat ini untuk nasabah karena Citi masih akan melayani nasabah baik perbankan ritel maupun kartu kredit walaupun ada pengumuman ini.

Berikut fakta-fakta Citi tutup bisnis ritel:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Masih Layani Nasabah

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi berkomitmen untuk memastikan bahwa nasabah dapat terus menerima layanan terbaik dan Citi akan terus beroperasi seperti biasa.

"Kami telah berada di Indonesia sejak tahun 1968 dengan tim yang penuh dedikasi dan basis klien yang kuat yang telah berkontribusi pada kesuksesan kami," kata Batara.

ADVERTISEMENT

2. Bisnis Masih Berjalan

Kepala Departemen Pengawasan Bank OJK Defri Andri mengungkapkan saat ini regulator masih menunggu detail teknis dari Citi Indonesia. Andri mengatakan pihak Citi harus menyampaikan detail teknis tersebut kepada OJK selaku regulator.

"Sekarang bisnis mereka masih seperti biasa. Tapi secara strategic plan mereka sudah mengajukan ke OJK, tapi untuk teknis belum," kata dia dia saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (16/4/2021).

3. Bisnis Perbankan Ritel Sangat Berat

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan saat ini segmen ritel banking memang sangat challenging. Tak hanya karena pandemi yang menyebabkan konsumsi rumah tangga turun, penjualan ritel juga mengalami penurunan sampai keyakinan konsumen juga turun.

"Tapi ada beberapa faktor lainnya, saya melihat justru ada pergeseran untuk kredit yang sifatnya ritel itu kepada fintech P2P lending yang relatif agresif dengan tingkat approval yang cukup cepat," kata dia.

Menurut Bhima hal tersebut lebih kompetitif dibandingkan dengan kartu kredit di bank. Hal ini membuat disrupsi ke pasar kredit ritel ke depan. Hal ini menjadi perhatian bagi bank-bank asing yang sebenarnya melihat potensi pasar di Indonesia.

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengungkapkan keputusan Citi untuk menghentikan bisnis ritelnya ini pasti sudah mempertimbangkan banyak faktor. "Tentu ada kaitannya dengan kondisi pasar ritel di Indonesia yang sedang lemah, begitupun di negara lain," jelas dia.

Menurut Paul, keberhasilan program vaksinasi itu tentu menjadi salah satu faktor utama untuk memulihkan potensi kucuran kredit yang lebih tinggi.

(kil/ara)

Hide Ads