PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh Salim Group akan melakukan penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Jumlah saham yang akan dilepas 2 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per lembar. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu menyebut rights issue ini untuk meningkatkan modal inti Rp 2 triliun pada akhir 2021.
Menurut dia rights issue merupakan mandatory Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan bank umum harus mengantongi modal inti Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun pada 2023. Bank Ina juga melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan sepakat tak membagikan dividen untuk tahun buku 2020.
Laba bersih tahun 2020 sebesar Rp 19,38 miliar dialokasikan untuk dan cadangan umum sebesar Rp 3,87 miliar. Sisanya Rp 15,57 miliar sebagai laba ditahan.
Pada kuartal I 2021 Bank Ina mencatatkan total aset Rp 10,6 triliun naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,09 triliun.
Daniel mengungkapkan untuk perolehan laba bersih kuartal I Rp 12,17 miliar atau tumbuh 506,91% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,17 miliar.
"Penyaluran kredit Bank Ina tercatat Rp 2,7 triliun atau tumbuh 8% dibanding Maret 2020 sebesar Rp 2,5 triliun," kata dia dalam keterangannya, Rabu (16/6/2021).
Pendapatan bunga bersih tercatat Rp 44,46 miliar naik 9,6% dibanding periode kuartal I 2020 Rp 40,57 miliar.
Sekadar informasi mayoritas saham dikuasai oleh Salim Group melalui PT Indolife Pensiontama sebanyak 22,47%, Liontrust S/A NS Asean Financial Fund 18,29%, PT Samudera Biru 16,51%. DBS Bank Ltd S/A as Trustee of NS Financial Fund 10,49%. Lalu PT Gaya Hidup Masa Kini 9,98%, PT Philadel Terra Lestari 7,53% dan Public 14,725.
(kil/fdl)