Dunia keuangan dan investasi belakangan ini dihebohkan dengan adanya kabar tapering. Berbagai instrumen investasi diguncang dengan adanya isu tersebut. Tak hanya pasar saham, emas yang disebut instrumen safe haven ikut merosot.
Lalu apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini?
Perencana Keuangan Eko Endarto menjelaskan, ketika tapering terjadi banyak investor asing memang menempatkan dananya ke instrumen dolar. Tujuannya untuk menjaga likuiditas mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau mau ke dolar menurut saya nggak akan lama. Karena kalau mau bicara investasi kan bukan seminggu dua minggu, atau sebulan dua bulan. Investasi itu jangka panjang," ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (27/8/2021).
Secara jangka panjang, menurut Eko masih bisa dilakukan investasi di pasar saham, emas ataupun instrumen investasi lainnya. Namun dia tegaskan dan itu ditempatkan untuk jangka panjang. Jika tidak kuat melihat guncangan dari volatilitas yang terjadi, Eko menyarankan sementara untuk menempatkan uang di deposito.
Baca juga: Gonjang-ganjing Tapering, Apa Sih Itu? |
"Kalau tapering benar terjadi, BI akan bergerak dengan menaikkan suku bunga. Jadi jika belum terjadi titik keseimbangan baru, masuk ke deposito nggak masalah. Tapi sementara sampai pasar kembali baik," ucapnya.
Sementara Perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho juga menyarankan untuk parkirkan sementara uang di deposito.
"Deposito secara risiko cukup rendah. Apalagi pada bank BUKU 4, kita bisa percaya mereka akan stabil," ucapnya.
Selain deposito, dia juga merekomendasikan untuk membeli surat utang atau obligasi yang diterbitkan oleh negara. Namun membeli hanya di pasar primer karena masih memiliki peluang untuk naik.
"Kita bisa pilih di situ karena risikonya rendah, bunganya stabil dan dijamin pemerintah. Menurut saya itu sudah cakep banget. Kalau tidak dapat di pasar primer, bisa ditempatkan di deposito," tutupnya.
Apa sih tapering itu? Klik halaman berikutnya.