Sistem pembayaran digital menjadi salah satu materi dalam pertemuan KTT G-20 tahun depan di Indonesia. Materi dibahas lantaran pentingnya digitalisasi pembayaran untuk ekonomi negara.
"Pandemi memunculkan digitalisasi semakin cepat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu dua inisiatif di bank sentral yang berkaitan mengenai ini satu kerjasama mengenai digitalisasi sistem pembayaran antar negara dan karenanya ini akan didorong yang sering kita sebut cross-border payment. Agar ke depan mengenai sistem pembayaran secara luas bisa kemudian mengatasi berbagai permasalahan," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers G-20, Selasa (14/9/2021).
Dengan adanya digitalisasi pembayaram diharapkan menurunkan biaya, memepercepat serta memperluas akses, termasuk praktik-praktik pasar yang baik. Melalui digitalisasi pembayaran akan mendukung juga digitalisasi ekonomi.
Lalu, untuk mewujudkan digitalisasi itu BI berinisiatif mengeluarkanCBDC atau Central Bank Digital Currency. Termasuk juga rencana Indonesia untuk menerbitkan rupiah digital
"Ada tiga hal yang ini akan dibahas satu adalah bagaimana CBDC atau Central Bank Digital Currency itu menjadi alat pembayaran yang sah dari suatu negara ada negara merebutkan sendiri ada negara yang pemerintahnya bekerja sama dengan swasta," jelasnya.
Lalu, dijelaskan CBDC akan didukung dengan tugas bank sentral dalam bidang moneter. "Di sistem pembayaran dan tentu saja melayani ekonomi. Ketiga CBDC ini ini juga mendukung inklusi ekonomi dan keuangan," tuturnya.
Selain itu, BI juga akan membahas mengenai inisiatif-inisiatif untuk pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance. Hal ini diungkapkan untuk mendukung ekonomi hijau.
"Sektor keuangan yang juga mendukung inisiatif inisiatif termasuk diantaranya memperluas dan menerbitkan berbagai instrumen instrumen keuangan yang bisa mendukung pembiayaan ekonomi hijau," imbuhnya.
(hns/hns)