RI Tak Lagi Butuh Dolar AS, Bos Mandiri & BCA Beberkan Sederet Manfaatnya

RI Tak Lagi Butuh Dolar AS, Bos Mandiri & BCA Beberkan Sederet Manfaatnya

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 16 Feb 2022 15:37 WIB
Illustrasi Rupiah dan Dollar
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Indonesia pelan-pelan mulai mengurangi ketergantungan transaksi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu ditandai dengan diberlakukannya kebijakan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan.

Sederet manfaat penerapan LCS pun diungkap oleh bos dari dua bank raksasa Tanah Air, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan kebijakan LCS penting untuk mengelola stabilitas nilai tukar rupiah. Implementasi ini disebut sangat mendukung para pelaku usaha agar mampu masuk pasar internasional secara cepat dan mudah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Implementasi LCS ini membuat kemampuan perbankan untuk mendukung para pelaku usaha lebih melihat peluang pasar tidak hanya secara domestik, tetapi juga lebih kepada overseas dengan negara-negara yang sudah memiliki LCS Arrangement tanpa ada kekhawatiran terhadap risiko nilai tukar," kata Darmawan dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia, Rabu (16/2/2022).

Menurut Darmawan, LCS berdampak pada meningkatnya volume perdagangan dan transaksi yang dilakukan melalui perbankan. Buktinya sepanjang 2021 volume perdagangan menggunakan metode pembayaran LCS meningkat 30% secara tahunan dan volume perdagangan mata uang antar Bank Mitra (ACCD) yang memfasilitasi LCS tumbuh 171% secara tahunan.

ADVERTISEMENT

Bank Mandiri yakin peningkatan nilai transaksi menggunakan metode LCS akan berlanjut pada 2022. Pasalnya LCS sangat berperan mengoptimalisasi perdagangan antara Indonesia dengan 4 negara yang sudah menerapkan kebijakan ini yaitu Malaysia, Thailand, Jepang dan China.

Ke depan, Darmawan berharap bank sentral di 4 negara tersebut bersama Bank Indonesia (BI) terus mengoptimalkan pemberlakuan kebijakan LCS dan penghapusan underlying di transaksi dengan nilai tertentu. "Kita perlu memanfaatkan semaksimal mungkin event G20 di Indonesia dengan mendorong semaksimal mungkin showcase yang kita miliki, potensi yang bisa kita tawarkan ke global," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyebut implementasi LCS membuat para pelaku usaha tak perlu mengkonversikan rupiah ke dolar AS terlebih dahulu sebelum bertransaksi dengan mitra bisnisnya di negara tujuan.

Jahja mencontohkan, sebelum ada kebijakan LCS, pebisnis Indonesia yang bertransaksi dengan mitranya di Jepang harus membuat daftar harga dalam satuan dolar AS. Setelah itu, transaksi harus dilakukan dengan metode konversi rupiah ke dolar AS, kemudian dana dalam bentuk dolar AS dikirimkan ke negara tujuan. Sesampainya di lokasi mitra uang tersebut harus kembali dikonversi ke mata uang lokal.

"Berarti ada dua kali pricing yang harus ditanggung dua belah pihak. Dengan straight forward ini hanya sekali konversi. Dengan model ini kita bisa berikan promosi cashback transaction, kemudian kurs kita berikan spesial. Kita harus salut kepada BI dan rekan-rekan bank sentral di China, Jepang, Malaysia dan Thailand," kata Jahja.

Bos BCA itu menyebut sekarang nilai perdagangan Indonesia dengan 4 negara yang sudah menerapkan LCS mencapai 41% dari total perdagangan. "Saya kira ini produk sudah bagus, tinggal how to educated our customer untuk mengetahui bahwa ini sangat efisien dan efektif," imbuhnya.

Jahja berharap implementasi LCS bisa terus dikembangkan agar ke depannya semakin banyak negara yang bergabung dan menerapkan kebijakan ini. "Sekarang sudah 4. Seperti dengan India, Korea, Arab Saudi, Taiwan itu rasanya cukup besar dan itu perlu kita arahkan juga ke sana," tandasnya.




(aid/das)

Hide Ads