Indonesia perlahan mulai mengurangi ketergantungan transaksi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu ditandai lewat kebijakan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan dengan berbagai negara.
Sejauh ini baru ada empat negara yang kerja sama LCS dengan Indonesia yaitu China (Yuan), Jepang (Yen), Malaysia (Ringgit), dan Thailand (Baht). Jadi ketika dunia usaha ingin melakukan aktivitas ekspor impor ke negara tersebut, tidak perlu lagi mengkonversi mata uang masing-masing ke dolar AS.
Berikut 3 manfaat transaksi pakai mata uang lokal:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Biaya Transaksi Lebih Murah
Dengan mekanisme LCS ini maka transaksi remitansi atau pengiriman uang ke luar negeri akan jadi lebih murah. Pasalnya tak perlu ada proses konversi pengiriman uang ke dolar AS, kemudian ke mata uang negara tujuan.
"Biaya transaksi lebih murah karena tidak perlu atau dalam hal ini pedagang tidak perlu mengubah mata uang menjadi dolar AS," terang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Finance Track Main & Side Event February Series G20, Rabu (16/2/2022).
2. Pemulihan Ekonomi Lebih Kuat
Sri Mulyani mengatakan penerapan LCS yang lebih luas akan menciptakan stabilitas sektor keuangan terutama di bidang perdagangan dan investasi antar negara. Penerapan LCS yang lebih luas juga penting dalam mendorong pemulihan ekonomi, apalagi kondisi saat ini banyak ketidakpastian dari global.
"LCS antar negara relevan dalam agenda G20 di jalur keuangan yang merupakan exit strategy untuk mendukung pemulihan. Diharapkan stabilitas makro akan semakin kuat dan berkelanjutan, tidak hanya masing-masing negara tetapi secara global," tutur Sri Mulyani.
3. Penggunaan Uang Lokal Jadi Meningkat
Bank Indonesia (BI) melaporkan nilai transaksi penggunaan mata uang lokal atau LCS mencapai US$ 2,53 miliar atau setara Rp 36,11 triliun (kurs Rp 14.274) sepanjang 2021. Jumlah itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding 2020 yang mencapai US$ 797 juta.
"Pada 2021 transaksi LCS mencapai sekitar US$ 2,53 miliar. Tahun ini kami menargetkan naik 10%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Lebih rinci dijelaskan transaksi terdiri dari 35% di sektor perdagangan, 1% investasi langsung, 14% pengiriman uang, dan 50% interbank. Ke depan, pihaknya berkomitmen memperluas penggunaan LCS sebagai sarana penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi bilateral dengan negara-negara mitra dagang utama, terutama di Asia.
"Mekanisme ini akan melengkapi upaya untuk mendukung penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi kegiatan ekonomi lintas batas antara dua negara," ujar Perry.
(aid/das)