BI Beberkan Alasan Bunga Acuan Naik 3 Bulan Berturut-turut

BI Beberkan Alasan Bunga Acuan Naik 3 Bulan Berturut-turut

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 20 Okt 2022 16:08 WIB
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan lagi suku bunga acuannya. Kini BI 7 Days Repo Rate turun jadi 5,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate 50 basis poin menjadi 4,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan suku bunga deposit facility juga naik 50 bps menjadi 4% dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5,5%.

BI memang telah menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps pada dua bulan lalu, 50 bps pada September lalu, dan hari ini naik 50 bps.

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting)," kata dia dalam konferensi pers, Kamis (20/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0Β±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

Dari hasil asesmen BI angka inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) September 2022 tercatat sebesar 5,95% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy), didorong oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

ADVERTISEMENT

Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food)dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal.

Inflasi volatile food terkendali sebesar 9,02% (yoy) sejalan dengan sinergi dan koordinasi kebijakan yang erat melalui TPIP-TPID dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif.

Kenaikan inflasi administered prices juga tidak setinggi yang diprakirakan yaitu 13,28% (yoy) sejalan dengan penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan yang lebih rendah.

"Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah yaitu sebesar 3,21% (yoy) sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM tersebut di atas dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan," jelas dia.

Di tengah ekspektasi inflasi Consensus Forecast yang terlalu tinggi (overshooting), Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga minggu kedua menunjukkan inflasi pada bulan Oktober diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan September 2022.

(kil/ara)

Hide Ads