Bos BRI Buka-bukaan di DPR: NIM Turun ke 6%, Transaksi Digital Naik 30%

Bos BRI Buka-bukaan di DPR: NIM Turun ke 6%, Transaksi Digital Naik 30%

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 24 Jan 2023 12:30 WIB
Dirut BRI Sunarso
Dirut BRI Sunarso/Foto: BRI
Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyoroti sejumlah peluang dan tantangan industri perbankan nasional. Hal itu akan mempengaruhi nasib bisnis perbankan ke depan.

"Ini berdasarkan analisa kami di BRI bahwa tren industri perbankan di Indonesia akan dipengaruhi oleh enam faktor utama," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (24/1/2023).

Pertama, terkait bonus demografi penduduk. Hal ini bisa jadi tantangan namun juga peluang jika pemerintah bisa mengelola potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi tren jumlah penduduk usia produktif akan meningkat mencapai 64% pada tahun 2030 nanti. Ini sudah barang tentu adalah hal yang positif kalau bisa mengelolanya," ucap Sunarso.

Kedua, terkait perubahan perilaku nasabah dari pembayaran tunai menjadi digital. "Jadi transaksi digital payment meningkat lebih dari 30%, sedangkan transaksi cash turun tinggal 10% saja," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Ketiga, implementasi ESG atau bisnis berkelanjutan. Pasalnya, saat ini para investor berfokus pada aspek ESG yang berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan.

Keempat, terkait low interest rate environment di mana tren penurunan kredit berdampak pada NIM yang tertekan. Dalam hal ini perbankan didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya karena dalam presentasi angka NIM semakin kecil.

"Kalau kita lihat di 2010 itu NIM bisa lebih dari 10%, tapi di 2022 hanya sekitar 6%. Kalau mau tambah besar berarti harus cari nasabah sebanyak-banyaknya, kira-kita begitu," imbuhnya.

Kelima, yaitu penggunaan data dan teknologi yang semakin dominan. Dalam hal ini penggunaan data analytics untuk mempercepat proses bisnis kredit underwriting dan marketing.

Keenam, terkait persaingan dengan jasa keuangan digital atau financial technology (fintech). "Jadi persaingan yang semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain non bank seperti fintech dengan berbagai dinamikanya," pungkasnya.




(aid/ara)

Hide Ads