Bank Indonesia (BI) mencatat respons terhadap suku bunga acuan ke suku bunga di perbankan nasional masih berlanjut.
Dikutip dari publikasi BI disebutkan kenaikan bunga acuan sebesar 25 bps pada Desember 2022 kembali mendorong peningkatan suku bunga dasar kredit (SBDK) sebesar 4 bps dari 8,68% per November 2022 menjadi 8,72%.
"Sementara itu suku bunga simpanan lebih responsif terhadap penyesuaian BI 7days reverse repo rate, tercermin dari kenaikan suku bunga deposito 1 bulan sebesar 25 bps dari 3,72% menjadi 3,97% per Desember 2022," tulisnya, dikutip Sabtu (18/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkembangan tersebut mendorong spread SBDK terhadap suku bunga simpanan kembali menyempit dari 4,96% di November 2022 menjadi 4,75% di Desember 2022.
BI juga mencatat suku bunga kredit baru meningkat dari 9,19% menjadi 10,65% atau naik sebesar 146 bps. Peningkatan suku bunga terjadi di seluruh kelompok bank, yaitu bank BUMN sebesar 278 bps, Bank Pembangunan Daerah sebesar 103 bps, Bank umum syariah nasional (BUSN) sebesar 46 bps, serta Kantor Cabang Bank Asing sebesar 31 bps.
"Kenaikan BI7DRR sebesar 200 bps sejak Juli 2022 telah direspons perbankan dengan meningkatkan suku bunga kredit baru sebesar 178 bps terutama didorong oleh segmen Kredit Konsumsi," tulisnya.
Suku bunga kredit produktif menunjukkan peningkatan yang lebih terbatas dibandingkan Kredit Konsumsi.
Terbatasnya respons suku bunga kredit produktif terjadi seiring dengan upaya bank menjaga kualitas kredit dan repayment capacity karena risiko kredit yang masih relatif tinggi, sebagaimana tercermin dari LaR dan kuadran II.
Suku bunga kredit baru produktif pada sektor ekonomi pada kuadran IV cenderung lebih responsif terhadap kenaikan suku bunga kebijakan yang mengindikasikan perbankan cenderung lebih selektif dalam menetapkan strategi pricing.
(kil/eds)