BNI Beberkan Strategi untuk Hadapi Tantangan Perbankan di 2023

BNI Beberkan Strategi untuk Hadapi Tantangan Perbankan di 2023

Dea Duta Aulia - detikFinance
Senin, 10 Apr 2023 10:49 WIB
Gedung BNI
Foto: BNI
Jakarta -

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terus berupaya memperkuat strategi operasional bisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan selalu memantau mitigasi risiko. Hal itu bertujuan agar perseroan memiliki daya tahan dan mampu mengantisipasi berbagai risiko global.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan dinamika pasar keuangan yang cukup volatile sejak 2008 hingga akhir-akhir ini memang cukup menantang bagi perbankan nasional. Meski demikian, kejatuhan beberapa bank di Amerika tidak lantas berdampak terhadap perbankan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan olehnya saat Virtual Seminar LPPI, beberapa waktu lalu.

"Perbankan perlu memiliki strategi yang tepat, baik dari sisi mismatch yang harus dikelola serta risiko konsentrasi pada sisi aset maupun liabilitas. Artinya balance itu, kita harus jaga jangan sampai kita mengalami kesulitan," kata Royke dalam keterangan tertulis, Senin (10/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan risiko pasar atas investasi harus diperhatikan di mana aset harus memiliki fleksibilitas agar mudah dikelola. Menurutnya, komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal harus dilakukan secara hati-hati karena menyangkut reputasi bank.

Royke berpandangan setiap perusahaan termasuk bank memiliki tujuan bisnis yang pada dasarnya merujuk pada pertumbuhan aset maupun liabilitas berkesinambungan dan market share yang terus tumbuh.

ADVERTISEMENT

"Jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan direspons negatif baik oleh kreditur maupun investor, jadi di dalam komunikasi ini peran paling penting dalam melakukan komunikasi dan corporate action," tuturnya.

Strategi Mitigasi Perbankan

Perbankan juga penting dalam mengelola matching produk dan melakukan mitigasi risiko. Selain itu perlu mengelola strategi funding terkait diversifikasi produk termasuk asset sales management hingga melakukan stress testing secara rutin atas potensi risiko yang mungkin terjadi.

Royke menjelaskan aset paling mengandung risiko adalah treasury asset yang merupakan bagian dari liquidity management.

"Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan menetapkan tujuan awal investasi dengan rencana bank yang telah ditetapkan. Jangan sampai tujuan awal tidak sesuai rencana," ungkapnya.

Menurutnya, perbankan juga harus selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan serta sinyal-sinyal di market sehingga mengetahui kapan waktu ideal untuk memperpanjang atau memperpendek durasi investasi.

"Kita mulai melakukan penyesuaian aset dan tenor, bagaimana tingkat ranking likuiditas, kita harus melakukan penyusunan," tuturnya.

Teknikal analisis juga penting untuk dicermati sebelum melakukan penempatan dana. Serta harus dengan risiko koridor yang terukur sehingga membatasi kerugian yang akan mungkin timbul dari risiko pasar.

"Kesimpulannya liquidity is a king, bagaimana sebuah bank bisa mengelola likuiditas dan memitigasi risiko. Kita benar-benar harus memperhatikan likuiditas bank dan juga harus melakukan perencanaan yang baik," tutupnya.

(akn/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads