Dampak Ngeri Krisis Perbankan AS, Bisa Bikin Rush Money

Dampak Ngeri Krisis Perbankan AS, Bisa Bikin Rush Money

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 02 Mei 2023 14:24 WIB
People walk amongst US national flags erected by students and staff from Pepperdine University to honor the victims of the September 11, 2001 attacks in New York, at their campus in Malibu, California on September 10, 2015. The students placed some 3,000 flags in the ground in tribute to the nearly 3,000 victims lost in the attacks almost 14 years ago.      AFP PHOTO / MARK RALSTON / AFP / MARK RALSTON
Foto: AFP PHOTO/MARK RALSTON
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) dilanda krisis perbankan. Setelah Silicon Valley Bank, terbaru First Republic Bank bangkrut karena anjloknya simpanan di bank tersebut.

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan, kasus ini akan berdampak pada krisis kepercayaan warga AS ke perbankan. Rush money atau penarikan uang besar-besaran di bank terjadi, sehingga bank kehilangan likuiditasnya.

"Di AS pertama ada krisis kepercayaan di Bank, orang akan berusaha narik simpanan mereka. Terjadi rush, penarikan uang besar-besaran, sehingga otomatis bank akan kehilangan likuiditas. Sehingga bank akan kesulitan," katanya saat dihubungi detikcom, Selasa (2/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini akan mengurangi peran Bank dalam mendorong perekonomian. The Fed juga akan terdorong menaikkan suku bunga demi mencegah rush money.

"Dampak ikutan pasti otomatis agar tidak terjadi rush bank terpaksa menaikkan suku bunga. Buat apa? Biar orang jangan narik, simpan di sini saja. Anda mendapatkan gain lebih baik. Suku bunga tinggi kan otomatis bagi perekonomian juga negatif," paparnya.

ADVERTISEMENT

Bank berusaha mencoba mencairkan, kan biasa, bank akan mencairkan pinjaman antar banknya. Bahkan ada kemungkinan bank-bank lain bernasib sama hingga bangkrut. "Iya menurut saya nggak cuma satu saja, pasti berdampak ke yang lain," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira berpendapat, krisis perbankan memperburuk perekonomian AS. Apalagi AS juga sedang menghadapi ancaman gagal bayar utang.

"Permintaan domestik AS bisa melemah, kinerja manufaktur berpengaruh, efeknya berpengaruh global ke volume perdagangan. Bahan baku turun pengirimannya dari segi investasi tertunda misalnya," ungkapnya

Dampaknya, permintaan domestik di AS akan melambat, menyebabkan industri jadi melemah. Hal ini tentu berpengaruh juga ke Indonesia khususnya industri yang mengandalkan ekspor.

"Industri manufaktur lemah, permintaan domestik melambat, saya udah petakan ekspor pakaian jadi, tekstil, alas kaki, barang dari kulit itu bakal turun. Sebelum adanya risiko krisis keuangan saja sudah turun ini ditambah adanya krisis keuangan bisa makin berpengaruh," pungkasnya.

(das/das)

Hide Ads