Dengan upah sebesar Rp 30 ribu atau seikhlasnya, Salam antusias dimintai tolong untuk transfer uang. Dari semula satu atau dua orang, eh lama-kelamaan sehari bisa 10-15 orang. "Saya sampai harus dua atau tiga kali transfer ke bank," kata Salam.
Dari situlah tawaran menjadi agen BRILink. BRI menilai nominal yang distor Salam setiap hari semakin besar dan frekuensinya bertambah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya akhirnya jadi agen BRILink pada tahun 2014. Saat itu konter pulsa jalan terus. Agen BRILink menjadi sampingan," kata dia.
Setelah penghasilan sebagai agen BRIlink BRILink menjadi lebih besar dan dinilai menjanjikan, Salam mengajukan membuka agen BRILink lagi di Poltangan.
"Ini yang kedua. Dulu tidak sebesar yang di Jalan Joe, tetapi sekarang ini yang paling ramai," ujar Salam.
Dalam prosesnya, Salam membuka tiga konter agen BRILink lagi. "Saya sendiri tidak menyangka sekarang punya lima agen BRILink. Teman saya sampai bilang kalau iri dengan usaha saya ini. Iri yang positif ya," kata Salam.
Salam menyebut sukses sebagai agen BRILink membuatnya bisa leluasa menafkahi keluarga, membangun rumah, juga membeli sepeda motor lagi dan mobil.
Selain itu, dia menjadikannya sebagai pembuktian kepada orang tua dan keluarga yang dulu mempertanyakan keseriusannya dalam berusaha. Apalagi, boleh dibilang dia merupakan salah satu putra dari pemilik puluhan kontrakan di Jaksel.
"Beban buat saya karena saya lahir di keuluarga berada dan orang tua mengkuliahkan saya. Tetapi, saya justru kerja serabutan. Sekarang ini menjadi jawabannya," ujar Salam.
(fem/hns)