Ekonomi AS Tumbuh 2%, Nggak Jadi Resesi?

Ekonomi AS Tumbuh 2%, Nggak Jadi Resesi?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 30 Jun 2023 09:35 WIB
Hiruk-pikuk traveler hilang selama masa lockdown melawan virus Corona. Yuk bernostalgia lagi saat Patung Liberty penuh sesak traveler.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2% secara tahunan untuk periode Januari-Maret atau kuartal I 2023. Angka ini direvisi dari laporan sebelumnya yang hanya menyentuh angka sekitar 1,3%.

Sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Jumat (30/6/2023), besaran Produk Domestik Bruto (PDB) AS ini dilaporkan menurut revisi akhir yang dirilis pada Kamis kemarin oleh Departemen Perdagangan. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.

PDB meningkat pada kecepatan tahunan 2%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,3% dan perkiraan konsensus Dow Jones 1,4%. Ini adalah perkiraan ketiga dan terakhir untuk PDB kuartal I 2023. Sementara tingkat pertumbuhan pada kuartal keemlat adalah 2,6%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Revisi ini pun turut membantu menurunkan ekspektasi publik terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS. Ditambah lagi, angka PHK juga tercatat jauh di bawah ekspektasi sebagaimana dilaporkan dalam sebuah laporan terpisah yang dirilis Kamis kemarin. Hal ini menunjukkan, kekuatan pasar tenaga kerja telah bertahan bahkan dalam menghadapi 10 kenaikan suku bunga Federal Reserve dengan total 5 poin persentase.

Sementara itu, menurut rangkuman dari Departemen Biro Analisis Ekonomi, perubahan tersebut terjadi sebagian besar karena pengeluaran konsumen dan ekspor lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Pengeluaran konsumen, yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi, naik 4,2%, laju triwulanan tertinggi sejak triwulan kedua 2021. Pada saat yang sama, ekspor naik 7,8% setelah turun 3,7% pada triwulan keempat 2022.

Direktur Senior di Moody's Analytics, Scott Hoyt mengatakan, peningkatan jumlah pengeluaran konsumen ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan 8,7% dalam penyesuaian biaya hidup lewat Jaminan Sosial.

"Namun secara keseluruhan, ekonomi tetap tangguh, dan kemungkinan resesi yang dimulai tahun ini berkurang. Tapi pantainya jauh dari bersih," imbuhnya.

Di sisi lain, ada juga beberapa kabar menyangkut inflasi. Harga PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 4,9% pada periode tersebut, revisi turun sebesar 0,1 poin persentase. Indeks harga sepanjang masa naik 3,8%, tidak berubah dari estimasi terakhir.

Bank sentral AS, Federal Reserve, sangat memperhatikan PCE inti sebagai indikator inflasi. Melalui serangkaian kenaikan suku bunga, The Fed pun berusaha menurunkan inflasi menjadi 2%. Kenaikan suku bunga ditargetkan memperlambat ekonomi yang pada musim panas 2022 lalu menghasilkan inflasi pada level tertinggi sejak awal 1980-an.

Salah satu fokus khusus The Fed adalah pasar tenaga kerja. Saat ini terdapat sekitar 1,7 posisi terbuka untuk setiap pekerja yang tersedia. Keterbatasan tersebut mengakibatkan kenaikan upah yang umumnya tidak mengikuti laju inflasi.

"Jelas, meskipun perkiraan dasar meminta ekonomi untuk menghindari resesi, risikonya sangat tinggi. Dibutuhkan sedikit untuk mendorong ekonomi ke dalam resesi," kata Hoyt.

Adapun saat ini, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pengangguran awal turun menjadi 239.000 per 24 Juni 2023 kemarin. Angka tersebut turun cukup besar, yakni sebanyak 26.000 dibadingkan dengan pekan sebelumnya dan jauh di bawah perkiraan awal sebanyak 264.000.

(rrd/rir)

Hide Ads