Ekonomi Asia Diprediksi Ngegas di Paruh Pertama 2023, tapi...

Ekonomi Asia Diprediksi Ngegas di Paruh Pertama 2023, tapi...

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 30 Jun 2023 10:20 WIB
Virus Corona Terus Menyebar, Bursa Saham Asia Terjun Bebas
Ilustrasi/Foto: DW (News)
Jakarta -

Kawasan regional Asia disebut-sebut bakal mengalami lonjakan tingkat ekonomi di paruh pertama tahun 2023 ini. Kebangkitan ekonomi mulai terlihat di Jepang dan China sebagai dua kekuatan besar ekonomi Asia.

Namun, meskipun ekonomi bertumbuh, di pasar keuangan baik China dan Jepang nilai tukarnya masih melemah terhadap Dolar AS. Hal ini disebabkan oleh gelombang pengetatan kebijakan keuangan di AS.

Dilansir dari Reuters, Jumat (30/6/2023), laporan indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) China diprediksi meningkat, sejalan dengan kinerja sektor pabrik dan jasa di ekonomi terbesar di kawasan ini pada bulan Juni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PMI China akan berada di bawah pengawasan yang sangat ketat. Aktivitas kontrak di bidang manufaktur diimbangi dengan ekspansi di bidang jasa. Namun, yang jadi masalah adalah pertumbuhan secara keseluruhan lemah dan pihak berwenang berada di bawah tekanan untuk mengambil langkah dengan stimulus moneter atau fiskal yang substansial.

Mata uang Yuan China berada pada level terendah dalam tujuh bulan. Perdagangan dengan seluruh dunia jatuh, inflasi menguap dan prakiraan pertumbuhan dipangkas.

ADVERTISEMENT

Sementara itu inflasi di Jepang kemungkinan akan menjadi kumpulan indikator terpenting dari pertumbuhan ekonomi yang juga mencakup tingkat pengangguran dan hasil industri. Pilihan indikator Jepang terlihat seperti inflasi konsumen di Tokyo tidak termasuk harga makanan segar untuk bulan Juni, dan sinyal apa yang mungkin untuk kebijakan moneter.

Ekonom memprediksi kenaikan suku bunga tahunan di Jepang menjadi 3,3% dari 3,2%. Bank of Japan saat ini melawan gelombang global dari kebijakan keuangan yang lebih ketat.

Ini juga jadi alasan utama mengapa Yen Jepang juga berada di level terendah tujuh bulan terakhir terhadap Dolar AS dan memicu spekulasi intervensi bank sentral.

Sementara itu, bunga obligasi dua tahun AS melonjak 15 basis poin pada hari Kamis, kenaikan terbesar dalam sebulan. Di sisi lain, investor saat ini memperkirakan setidaknya akan ada kenaikan suku bunga seperempat poin lagi tahun ini.

(hal/rrd)

Hide Ads