International Monetary Fund (IMF) memperkirakan tingkat suku bunga global akan tetap tinggi hingga 2025. Hal itu dikarenakan lonjakan pada harga belum turun signifikan akibat gangguan rantai pasok imbas pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan tekanan harga di negara maju dan negara berkembang belum turun signifikan. Meskipun, memang sudah mulai mengalami penurunan.
"Kami perkirakan suku bunga akan tetap tinggi kemungkinan hingga 2025. Ini akan menimbulkan konsekuensi terhadap negara-negara ASEAN dari sisi biaya dana dan juga nilai tukar," kata Georgieva dalam Plenary Session ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia Jakarta, Selasa (5/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Georgieva mewanti-wanti negara ASEAN bahwa suku bunga tinggi di Amerika Serikat dan Eropa berpotensi menekan nilai tukar. Apalagi kebutuhan pembiayaan anggaran masing-masing negara ASEAN masih cukup tinggi.
Georgieva menekankan pentingnya mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat. Ekonomi ASEAN sendiri diperkirakan tumbuh 4,6% pada tahun ini, jauh lebih tinggi dibandingkan ekonomi global yang hanya tumbuh 3%,
"Mempertahankan momentum pertumbuhan ini sangatlah penting. Hal ini memberikan kontribusi kepada Anda masyarakat ASEAN, memberikan kontribusi kepada dunia," ujarnya.
Ada tiga hal yang dapat dilakukan negara-negara ASEAN untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat ke depan yakni menjaga stabilisasi ekonomi mikro dan keuangan, berinvestasi pada pendidikan dan keterampilan untuk masyarakat, serta berinvestasi dalam ekonomi hijau.
"ASEAN sebenarnya diprediksikan tumbuh sangat kuat sebelum pandemi, namun pertumbuhan ekonomi ASEAN turun hingga separuhnya. ASEAN kehilangan potensi PDB hingga 8%. Jadi ini adalah satu konsekuensi signifikan," pungkasnya.
(aid/hns)