Sektor keuangan di Indonesia disebut masih akan menemui banyak tantangan. Karena itu dibutuhkan identifikasi lebih cepat agar bisa menghadapi tantangan tersebut.
Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal serta Sekretaris Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) Kementerian Keuangan Arie Wibisono tantangan tersebut di antaranya masih dangkalnya sektor keuangan, tingkatan bunga pinjaman yang masih relatif tinggi, terbatasnya instrumen keuangan, indeks keuangan inklusif Indonesia juga masih perlu diperbaiki.
Lebih lanjut lagi, aspek tata kelola dan penegakan hukum masih perlu ditingkatkan, kebutuhan penguatan kerangka koordinasi dan penanganan stabilitas sistem-sistem keuangan, sumber daya manusia penunjang sektor keuangan yang masih melambat, dan adanya risiko-risiko baru di sektor keuangan seperti pandemi, geopolitik, teknologi, dan perubahan iklim.
"Kemudian tentunya risiko geopolitik. Ada india yang mengirimkan satelitnya ke angkasa luar. Teman-teman samping kanan kiri yang dulu kita remehkan. Ah Vietnam, ternyata Vietnam mau menyusul kita,Thailand, Filipina, Malaysia yang dulu lebih dahulu. Nah itulah merupakan tantangan tantangan global yang harus kita respon," jelas dia dalam acara Sosialisasi UU No. 4 tahun 2023, Senin (11/9/2023).
Dia melanjutkan adanya tantangan-tantangan tersebut karena dipengaruhi beberapa faktor. Misalnya, rendahnya literasi keuangan dan ketimpangan akses jasa keuangan, tingginya biaya transaksi sektor keuangan, terbatasnya instrumen keuangan, rendahnya kepercayaan dan perlindungan investor dan konsumen, serta kebutuhan penguatan kerangka dan koordinasi dan penanganan stabilitas sistem keuangan
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) menyebut sederet tantangan yang akan dihadapi oleh bank sentral. Menurutnya, tantangan tersebut masih ada keterkaitan dengan menjaga stabilitas di sektor keuangan dan juga semakin berkembangnya teknologi digital.
"Peran sektor keuangan menjadi penting di era digitalisasi perkembangannya semakin akselerasi, semakin eksponensial, tidak hanya linear. Sementara itu, kondisi saling terkoneksi sangat erat. Inilah yang menjadi bahwa nanti itu memang tidak ada bank, tapi ada perbankan. Anak kita buka rekening bisa pakai aplikasi," ujarnya.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjaga stabilitas pertumbuhan di sektor keuangan. Dia menjelaskan inflasi yang stabil dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak berguna jika tidak menjaga stabilitas sektor keuangan dengan baik.
Lebih lanjut lagi, dia menambahkan adanya perubahan iklim, risiko lingkungan, hal-hal yang terkait dengan sustainibilitas, serta adanya uang digital yang mulai digandrungi.
"Belum lagi terkait dengan digital money atau cryptocurrency uang digital yang dikeluarkan oleh private sektor. Nah ini kita juga bicara bagaimana nanti uang digital juga diterbitkan oleh Bank Sentral," jelasnya.
Tidak hanya itu, tantangan semakin kompleks saat berhubungan dengan mandat, membuat kebijakan yang sesuai, serta mencegah datangnya risiko.
"Begitu tuntutan terhadap mandat, kebijakan yang semakin kredibel dan bagaimana memitigasi risiko ini juga penting," ujar dia.
(kil/kil)