Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Chatib Basri menyebut rupiah punya peluang menguat di tahun ini. Sebab, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed berpotensi menurunkan suku bunga acuan.
Dia memperkirakan, suku bunga acuan The Fed akan turun 2-3 kali pada tahun ini. Namun, ia menyebut, upaya The Fed menurunkan suku bunga dihadapkan pada tantangan.
Terangnya, defisit AS masih cukup besar. Sehingga, ada kebutuhan untuk penerbitan surat utang yang cukup besar pula.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sisi lain, kalau kemungkinan resesi di Amerika itu mengecil, maka orang itu nggak akan pegang bond yang digunakan uangnya untuk transaksi. Jadi demand bond-nya akan turun, supply-nya naik, sehingga mungkin price dari bond-nya itu akan jatuh dan yield akan naik, ini yang mungkin akan membuat The Fed harus hati-hati dalam menurunkan tingkat bunga," terangnya di sela-sela acara IIF's Anniversary Dialogue, Jakarta, Senin (29/1/2024).
Baca juga: Awal Pekan Dolar Turun 0,10% di Rp 15.794 |
"Tapi kalau lihat trennya saya nggak akan surprise kalau mereka lakukan 2-3 kali di paruh kedua 2024," sambungnya.
Dia mengatakan, jika The Fed menurunkan suku bunga, maka rupiah bakal menguat. Meski demikian, dia menekankan, suku bunga AS bukan satu-satunya faktor yang menentukan nilai tukar.
"Mestinya kalau lihat dari efek dari global, kalau Fed itu menurunkan bunga, mestinya rupiahnya bisa menguat, tapi faktor exchange rate nggak hanya itu, ada banyak hal," katanya.
Simak juga Video: Cak Imin soal Presiden Boleh Memihak: Pak Jokowi Tolong Belajar dari SBY