Bos OJK Yakin Dunia Terhindar Resesi, tapi Masih Ada yang Menghantui

Bos OJK Yakin Dunia Terhindar Resesi, tapi Masih Ada yang Menghantui

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 20 Feb 2024 11:57 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (ketiga kanan) dan Kepala Eksekutif Pengawas PEPK OJK Friderica Widyasari Dewi (keempat kiri) menghadiri peluncuran Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (PEPK) 2023-2027 di Jakarta, Selasa (12/12/23). Peta Jalan Pengawasan PEPK 2023-2027 bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang terliterasi, terinklusi dan terlindungi, serta menciptakan pelaku usaha jasa keuangan yang berintegritas. ANTARA FOTO/Humas OJK/YU
Ketua DK OJK Mahendra Siregar/Foto: ANTARA FOTO/HUMAS OJK
Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar bicara tentang pesta demokrasi Pemilu 2024 yang diselenggarakan pekan lalu. Menurutnya, momentum ini harus dimanfaatkan dalam memobilisasi ekonomi nasional.

Mahendra mengatakan, perekonomian dunia di 2024 dibuka dengan optimisme, di mana berbagai kebijakan yang dilakukan telah mengurangi ketidakpastian sehingga ekonomi global diperkirakan mampu menghindari resesi.

"Ekonomi global diperkirakan mampu menghindari resesi. Namun, berbagai downside risk masih mewarnai ekonomi. Terutama biaya pinjaman beban utang, lemahnya permintaan, serta divergensi pemulihan di negara-negara besar dunia," kata Mahendra, dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di The St. Regist Jakarta, Selasa (20/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, berbagai faktor risiko geopolitik dan potensi perubahan konstelasi politik dari berbagai pemilu negara-negara besar lainnya menjadi hal yang menurutnya perlu dicermati.

"Akibatnya proyeksi pertumbuhan dunia diperkirakan melambat di tahun ini," imbihnya.

ADVERTISEMENT

Di lain pihak, sejalan kinerja positif Indonesia di 2023, Mahendra menilai sektor jasa keuangan tumbuh positif ditopang sektor permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko yang terjaga. Dari aspek intermediasi, kredit dan piutang pembiayaan tumbuh double digit, dengan risiko kredit yang relatif terkendali.

"Sementara penghimpunan dana di pasar modal berhasil melampau target Rp 200 triliun. Dengan jumlah emiten baru mencetak rekor tertinggi dibandingkan negara-negara kawasan. Minat investasi di pasar modal terus tumbuh dengan jumlah investor tumbuh 5 kali dalam 4 tahun terakhir," ujarnya.

Di sisi lain, di tengah normalisasi kebijakan moneter yang terus berlanjut dan tekanan terhadap arus investasi, likuiditas sektor jasa keuangan terjaga berada di atas ambang ketentuan, walaupun pengaruhnya telah terlihat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang termoderasi.

Mahendra menambahkan, solvabilitas industri jasa keuangan terpantau solid, baik di industri perbankan, perusahaan pembiayaan maupun asuransi dan dana pensiun. Bahkan sektor perbankan mencatatkan 27,65% di atas negara-negara kawasan.

"Kredit restrukturisasi Covid-19 terus turun, menggambarkan industri telah bangkit. Kami yakin transisi menuju normalisasi akan berjalan baik didukung pencukupan pencadangan yang telah dibentuk selama ini. Pencapaian-pencapaian ini berkat dukungan industri dan sinergi yang makin baik antara otoritas sektor keuangan yaitu OJK, Kemenkeu, Bank Indonesia dan LPS yang tergabung dalam KSSK," pungkasnya.

Lihat juga Video: OJK Bongkar 288 Pinjol Ilegal Terbaru

[Gambas:Video 20detik]



(shc/fdl)

Hide Ads