Modal Kecil Tapi Ulet Agen BRILink Surono, Cicilan Utang pun Ketutup

Modal Kecil Tapi Ulet Agen BRILink Surono, Cicilan Utang pun Ketutup

Erwin Dariyanto - detikFinance
Senin, 25 Mar 2024 01:16 WIB
Agen BRILink Surono
Agen BRILink Surono.Foto: Erwin Dariyanto/detikcom
Jakarta -

Menjelang Salat Jumat 22 Maret 2023, Yadi keluar dari Masjid Al Hidayah di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pria yang berprofesi sebagai marbot Masjid itu masuk ke kios Agen BRILink milik Surono (54 tahun) yang persis berada di samping Masjid.

Setelah mengucap salam dan masuk ke dalam kios berukuran 3 x 4 meter itu, Yadi memberikan segepok uang pecahan Rp 50.000 kepada Surono. "Biasa yang tadi pagi," kata Yadi.

Surono menerima uang itu dan langsung menaruhnya di laci. Yadi pun langsung bergegas kembali ke masjid. Kepada detikcom, Surono mengatakan bahwa Yadi adalah salah satu pelanggan BRILinknya. Setiap sepekan sekali dia transfer uang Rp 2.500.000 ke Bank BRI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya Yadi akan kirim pesan WhatsApp ke Surono agar ditransfer sejumlah uang ke rekening BRI. Surono akan mentransfer dengan jumlah sesuai permintaan Yadi. Setelah selesai transfer Surono akan mengirimkan bukti transfer ke Yadi. "Nah uangnya nanti dikasih siangnya setelah transfer," kata Surono.

Yadi bukan satu-satunya pelanggan yang melalui pesan WhatsApp minta agar Surono transfer uang ke rekening tertentu, kemudian pelanggan tersebut baru akan menyerahkan uangnya beberapa jam kemudian setelah transaksi selesai. Banyak pelanggan Surono karena sudah biasa dan saling percaya melakukan hal serupa.

ADVERTISEMENT

Hal itu sudah lama dilakukan oleh Surono. Sebab kebanyakan pelanggan agen BRILinknya adalah pedagang di Pasar Pelita Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ada juga pedagang nasi goreng, dan tukang jahit keliling.

Pedagang di Pasar Pelita misalnya, saat belanja buah atau sayuran ke Pasar Induk Kramat Jati tak jarang diminta untuk transfer uang dulu. Musabab sudah kenal dan jadi pelanggan agen BRILink Surono, maka pedagang tersebut tinggal kirim pesan WhatsApp agar ditransfer sejumlah uang. Baru kemudian sore harinya setelah bubaran pasar uang diantar ke Surono, atau Surono mengambil ke pasar sesuai kesepakatan.

Menurut Surono dengan strategi inilah dia bisa bertahan sebagai agen BRILink selama lebih dari sepuluh tahun. Pria asal Wonogiri, Jawa Tengah ini lupa persisnya menjadi agen BRILink. "Saya lupa kayaknya sejak ada BRILInk," kata dia.

Awalnya Surono adalah seorang pekerja pada sebuah pabrik di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Hingga pada saat terjadi krisis moneter 1998 dia di-PHK dan mendapat pesangon sebesar Rp 8.000.000. Uang pesangon tersebut kemudian digunakan untuk menyewa sebuah rumah bersama keluarganya.

Di rumah kontrakannya itulah Surono kemudian membuka reparasi dan sewa televisi tabung. Di awal tahun 2000-an di sekitar rumah kontrakan Surono masih banyak pelajar pelajar sekolah pelayaran yang mencari sertifikasi. Mereka sering menyewa televisi di tempat Surono untuk waktu 1 hingga 3 bulan.

Ada juga sebuah pabrik yang banyak karyawan ngekos di sekitar kontrakan Surono. Hingga kemudian, kata Surono, mungkin di awal 2014-an ada kebijakan bahwa sertifikasi sekolah pelayaran yang awalnya terpusat di Tanjung Priok bisa diambil di wilayah. Pada saat hampir bersamaan pabrik di Tanjung Priok juga melakukan relokasi ke daerah Cikarang, Jawa Barat.

Usaha servis dan persewaan televisi milik Surono pun mengalami penurunan omset. Hingga kemudian datang seorang Petugas Agen BRILink (PAB) menawarkan agar Surono menjadi agen BRILink. "Saya bilang waktu itu, saya mau kalau saya diajari. karena saya tidak bisa," tutur Surono.

Surono dan anaknya kemudian diajari cara mengoperasikan BRILink. Selain mesin BRILink, petugas juga memberikan spanduk BRILink untuk dipasang di rumahnya. Awalnya pelanggan BRILink adalah tetangga di sekitar rumah Surono. Kemudian dari mulut ke mulut sampai ke pedagang di Pasar Pelita yang tak jauh dari rumah Surono.

Cerita Surono saat awal menjadi Agen BRILink di halaman berikutnya. Langsung klik

Di awal sebagai agen BRILink, Surono tidak memiliki banyak pesaing. Sehingga waktu itu dalam satu hari dia bisa melakukan minimal 40 transaksi. Namun kini Surono memiliki banyak pesaing. Tak jauh dari tempat Surono kini terdapat beberapa agen BRILink juga. Hal itu berpengaruh pada agen BRILink milik Surono yang kini rata-rata hanya 20 sampai 30 transaksi dalam satu hari.

Apalagi, Surono mengaku, modal dia sangat kecil. Dalam satu hari dia hanya menyediakan saldo di rekeningnya sekitar Rp 15.000.000. Dengan saldo sebesar itu dia banyak menolak pelanggan yang transfer dengan nilai di atas Rp 3.000.000. Jika ada pelanggan yang transaksi di atas Rp 3.000.000 akan dia arahkan ke agen BRILink lainnya.

Berdasarkan pengalaman Surono, untuk pelanggan yang transfer di atas Rp 3.000.000 seringnya keberatan ketika dimintai biaya admin Rp 10.000. Sehingga dia lebih senang melayani transaksi dengan nilai Rp 100.000-an namun sering. Untuk transaksi tarik atau setor tunai Rp 100.000 dia memberlakukan tarif admin sebesar Rp 5.000. Dan di sekitar Agen BRILink milik Surono banyak yang melakukan transfer atau tarik tunai dengan angka di bawah Rp 1.000.000.

Justru dari transaksi-transaksi yang tidak terlalu besar ini Surono mengaku banyak mendapat untung. Bahkan tak jarang dari pelanggan yang transaksi Rp 1.000.000 dia mendapatkan tips lebih. "Kadang ada yang transfer Rp 1.000.000 dia dia bisa kasih (biaya admin) lebih dari Rp 10.000. Mendingan tukang becak, pelayanannya enak, ngasih fee nih buat uang rokok," kata Surono.

Dia ulet memanfaatkan peluang bahwa orang Indonesia ini tidak mau antre di Bank untuk sekadar setor tunai Rp 100.000 sampai Rp 1.000.000. Sehingga mereka sangat terbantu dengan hadirnya BRILink ini.

Selain menjadi agen BRILink, Surono juga membuka jasa servis playstation. Namun menurut dia hasilnya terbesar dari usahanya berasal dari agen BRILink. Dari menjadi agen BRILink setiap transaksi minimal 30 kali dia akan mendapatkan fee sebesar Rp 100.000.

Dari fee tersebut, Surono bisa membayar utangnya di BRI sebesar Rp 100.000.000 dengan cicilan Rp 3.040.000 setiap bulan. Itu belum termasuk keuntungan dari uang admin yang dia berlakukan kepada pelanggan. Juga kadang pelanggan memberikan uang lebih saat minta tolong untuk ditransferkan.

"Ya Alhamdulillah bisa memenuhi kebutuhan setiap hari, masih bisa nyimpen setiap hari, bisa kasih orang tua, uang hasil jualan istri utuh," kata Surono yang istrinya berjualan buah di samping Pasar Pelita.

"Untuk yang modal kecil seperti saya ini yang penting ulet," tambah Surono.


Hide Ads