Bank Indonesia (BI) memberikan insentif bagi bank yang rajin menyalurkan kredit. Insentif itu melalui giro wajib minimum (GWM) yang dikeluarkan pada 1 Juni lalu.
Patut diketahui, GWM merupakan simpanan minimum yang dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di BI.
"Kemarin diterbitkan 1 Juni adalah kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM). Pada intinya adalah insentif melalui GWM," kata Deputi Gubernur BI Juda Agung dalam Taklimat Media Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial, di Gedung BI, Jakarta, Senin (3/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, GWM yang berlaku sekarang ialah 9%. Namun, bank bisa mendapat insentif berupa pengurangan GWM maksimal 4% jika menggenjot kredit ke sektor-sektor tertentu yakni hilirisasi minerba, hilirisasi non minerba, perumahan dan pariwisata.
"Jadi kalau dia memang menggenjot kredit ke sektor-sektor itu dia bisa mendapat keringanan atau pengurangan GWM hingga maksimum 4%. Dia hanya membayar, atau memenuhi kewajiban GWM sebesar 5%. 9 dikurangi 4 jadi 5%. 4% GWM kan cukup besar. Jadi inilah insentif likuiditas. Artinya Bank Indonesia memberi reward berupa liquidity kepada bank yang rajin memberikan kredit," paparnya.
Lanjutnya, per 1 Juni ini ada tambahan sektor penyaluran kredit yang membuat bank bisa mendapatkan kelonggaran GWM. Sektor itu yakni menjadi hilirisasi. Kemudian sektor otomotif, sektor perdagangan dan sektor listrik, gas, air, serta sektor jasa sosial. Kemudian sektor perumahan, dan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Ini ditambah sektor otomotif, sektor perdagangan itu cukup besar share-nya, sektor listrik, gas dan air serta sektor jasa sosial. Kemudian di pariwisata bukan hanya pariwisata dalam arti akomodasi ataupun travel, tapi juga ekonomi kreatif ini juga dimasukkan sektor yang diberikan insentif," ungkapnya.
Ia mengatakan, kebijakan memberikan tambahan likuiditas sebesar Rp 81 triliun pada Juni ini. Kemudian, diproyeksi ada tambahan likuiditas sebesar Rp 115 triliun hingga akhir tahun.
"Ini impact-nya seperti apa, per 1 Juni diterapkan itu sudah memberikan impact liquidity sebesar Rp 81 triliun tambahan likuiditas. Kita hitung, sampai dengan akhir tahun ada tambahan Rp 115 triliun," ungkapnya.
(acd/kil)