Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mewanti-wanti masyarakat agar waspada terhadap 'anak haram' dari digitalisasi sektor jasa keuangan. Hal tersebut antara lain pinjaman online (pinjol) ilegal, investasi bodong, hingga judi online.
Mahendra mengatakan, 'anak haram' digital keuangan ini dapat mendatangkan kerugian yang besar bagi bangsa dan negara. Karena itulah, menurutnya penting untuk memperkuat literasi dan inklusi keuangan di masyarakat, termasuk perempuan.
"Digitalisasi dalam sektor jasa keuangan telah melahirkan pula dampak yang merugikan dan tidak kita inginkan bagi bangsa dan negara," kata Mahendra, dalam acara Edukasi Keuangan BUNDAKU OJK di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sering mendengar adanya korban pinjaman online ilegal, investasi bodong, dan belakangan kita dengar juga bagaimana pengaruh dari judi online dan lain-lain. Ini adalah kalau mau dikatakan anak haram lah dari digital keuangan," sambungnya.
Di lain pihak, menurutnya tantangan ini tidak bisa terhindarkan. Mahendra menilai, yang bisa dilakukan ialah memperkuat resiliensi atau ketahanan masyarakat. Dalam hal ini, ibu memiliki peran yang sangat penting.
Mahendra mengatakan, berdasarkan catatan angka penyaluran kredit hingga pembiayaan UMKM, jelas tingkat kepatuhannya tingkat pengembaliannya jauh lebih tinggi apabila hal itu diberikan pada perempuan. Menurutnya, memberikan akses literasi dan inklusi kepada perempuan berarti juga menambah daya tahan resiliensi anggota keluarganya dan hal ini harus menjadi prioritas.
"Basis itu antara lain yang terpenting adalah ibu. Ini merupakan tambahan, manfaat, kegunaan dan multiplayer efek, apabila dilakukan perkuatan kepada literasi dan inklusi dari ibu. Sehingga, daya tahannya semua terjadi kepada seluruh keluarga disamping juga tadi kepatuhannya untuk melakukan pengembalian pembiayaan maupun kredit yang dilakukan" ujarnya.
Mahendra menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung secara penuh seluruh program yang terkait dengan literasi keuangan. Melalui program BUNDAKU, pihaknya secara khusus mendorong ibu, anak, dan keluarga cakap keuangan. Hal ini sebagai basis untuk melebarkan gerakan secara masif untuk meningkatkan literasi bagi seluruh bangsa dan negara.
"Karena memang potensi yang ada di Indonesia berkaitan dengan sektor jasa keuangan masih bisa dikatakan potensi dari suatu yang istilahnya gelas setengah penuh. Setengah lainnya masih kosong dan banyak yang bisa dioptimalkan di situ kalau itu diberikan," ujar dia.
Simak juga Video 'Alasan Masyarakat Berpendidikan Tinggi Masih Terjebak Investasi Bodong':