Bikin Rupiah Babak Belur, Bank Sentral AS Belum Mau Pangkas Suku Bunga

Bikin Rupiah Babak Belur, Bank Sentral AS Belum Mau Pangkas Suku Bunga

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 04 Jul 2024 08:45 WIB
Jerome Powell, chairman of the US Federal Reserve, speaks during a news conference following a Federal Open Market Committee (FOMC) meeting in Washington, DC, US, on Wednesday, Feb. 1, 2023. The Federal Reserve slowed its drive to rein in inflation and said further interest-rate hikes are in store as officials debate when to end their most aggressive tightening of credit in four decades.Photographer: Al Drago/Bloomberg via Getty Images
Foto: Al Drago/Getty Images
Jakarta -

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) tampaknya belum siap untuk menurunkan suku bunga acuannya. Kebijakan itulah yang menjadi salah satu penyebab nilai tukar dolar AS terus mendominasi rupiah

Dalam risalah rapat pejabat Fed bulan Juni menunjukkan, inflasi telah bergerak ke arah yang benar, namun tidak cepat bagi mereka untuk menurunkan suku bunga.

"Para peserta menegaskan bahwa data tambahan yang positif diperlukan untuk memberi mereka keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%," demikian ringkasan pertemuan tersebut seperti dikutip dari CNBC, Kamis (4/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun risalah tersebut mencerminkan adanya pertentangan, bahkan beberapa di antaranya menunjukkan kecenderungan untuk menaikkan suku bunga acuan, rapat menyimpulkan bahwa mereka memutuskan untuk mempertahankan suku bunga.

The Fed menargetkan inflasi tahunan sebesar 2%. Angka ini telah dilampaui sejak awal tahun 2021.

ADVERTISEMENT

Para pejabat pada pertemuan tersebut mengatakan data telah membaik akhir-akhir ini, meskipun mereka menginginkan lebih banyak bukti bahwa hal tersebut akan terus berlanjut.

Peserta pertemuan menekankan bahwa mereka memperkirakan tidak akan tepat untuk menurunkan suku bunga sampai informasi tambahan muncul. Hal ini untuk memberi mereka keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju sasaran 2%.

Dalam pertemuan tersebut, para pengambil kebijakan juga memberikan pembaharuan (update) mengenai proyeksi perekonomian dan kebijakan moneter dalam beberapa tahun ke depan.

(acd/das)

Hide Ads