Ibu-Ibu Pelosok Banyuwangi Sejahtera, Ekonomi Terangkat Berkat PNM Mekaar

Ibu-Ibu Pelosok Banyuwangi Sejahtera, Ekonomi Terangkat Berkat PNM Mekaar

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 27 Sep 2024 18:53 WIB
PNM
Dirut PNM Arief Mulyadi Bersama Nasabah PNM Mekaar/Foto: Fadhly Fauzi Rachman
Banyuwangi -

"Saya berjanji membayar angsuran sesuai kewajiban. Menggunakan pembiayaan sebagai usaha. Bertanggung jawab bersama bila ada nasabah yang tidak memenuhi kewajiban."

Begitu kurang lebih ucapan kompak dari puluhan ibu-ibu warga Gunung Raung, Dusun Telemungsari Kalipuro, Banyuwangi, sore ini, Jumat (27/9/2024). Mereka berkumpul, duduk bersila, dan mengucap janji dengan salah satu petugas PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Puluhan ibu-ibu tersebut adalah nasabah dari program Mekaar PNM, program pembinaan khusus untuk ibu-ibu prasejahtera produktif non-bankable yang ingin memulai usaha maupun mengembangkan usaha dengan memperoleh akses pendanaan lebih mudah dibanding mengajukan pinjaman ke bank.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua kelompok ibu-ibu, Marsiyati, bercerita kegiatan seperti ini rutin dilakukan setiap minggu. Intinya, mereka membayar cicilan dari kredit yang diambil secara langsung kepada Account Officer (AO) PNM. PNM menerapkan sistem kelompok tanggung renteng yang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan akses pembiayaan sehingga nasabah mampu mengembangkan usaha.

Marsiyati sendiri sudah bergabung jadi nasabah Mekaar sejak 6 tahun lalu. Dari yang awalnya meminjam Rp 2 juta, kini Marsiyati mengambil kredit hingga Rp 10 juta. Pinjaman itu dia bayar setiap dua minggu selama 2 tahun. Cicilan yang harus dia bayar sebesar Rp 269.000.

ADVERTISEMENT

Marsiyati bercerita, sebelum ada pinjaman usaha PNM Mekaar, dia dan suami belum memiliki usaha. Sebagai ibu rumah tangga, Marsiyati hanya mengandalkan pekerjaan suaminya, yaitu sebagai kuli bangunan.

"Lalu ada penawaran pinjaman modal usaha dari PNM Mekaar yang pinjaman awal hanya Rp 2 juta. Dulu sebelum ada pinjaman modal usaha untuk makan dan menyekolahkan anak sekolah, saya harus cari-cari tambahan pekerjaan buat kerja sampingan," cerita Marsiyati.

Setelah mendapat modal usaha dari PNM, Marsiyati kemudian terpikir membeli kambing untuk diternak. Ia berupaya mendapatkan untung dari membeli kambing tersebut. Benar saja, ternak kambingnya akhirnya berhasil karena melahirkan dua ekor.

"Akhirnya saya mengajukan pinjaman yang kedua dan naik kelas, uangnya saya pergunakan untuk beli kambing dua ekor, karena suami saya bisa membuat kursi dan meja dari kayu sisa uangnya saya buat untuk modal usaha mebel kayu," kata dia.

Kini kambing yang sudah diternak Marsiyati terus beranak. Selain itu, usaha mebel kayu sang suami juga tambah laris. Ekonomi Marsiyati dan keluarga membaik. Ia bahkan bisa merenovasi rumahnya yang dulu tak memiliki kamar mandi.

"Yang awalnya kamar mandi hanya memakai karung sekarang saya punya kamar mandi sendiri dan rumah saya sudah memakai keramik sekarang, hingga saya bisa menyekolahkan anak saya sampai lulus dan sudah menikah. Alhamdulillah dari pinjaman tersebut juga saya bisa mengajak saudara saya bekerja dengan suami saya di mebel kayu, sekarang saya sudah tidak bekerja sebagai buruh tani, saya menjalankan usaha saya sendiri," katanya.

Nasabah Mekaar PNM lainnya, Sulamsiyah, juga merasakan manfaat yang sama setelah mendapatkan bantuan modal usaha. Sulamsiyah sudah bergabung jadi nasabah sejak 2019. Plafon pinjamannya saat ini Rp 7,5 juta dengan cicilan Rp 202.000 per dua minggu, selama dua tahun.

Sulamsiyah bercerita memulai usaha sebagai seorang penjahit. Awalnya usaha ini dimulai dengan modal yang terbatas, hanya dengan satu mesin jahit. Seiring berjalannya waktu ia merasa usaha ini perlu dikembangkan dan itu membutuhkan modal yang cukup banyak. Tanpa disengaja dia dipertemukan dengan tetangganya yang merupakan nasabah PNM Mekaar. Tetangganya cerita usahanya makin maju berkat modal usaha yang diberikan PNM.

"Setelah mendengar ceritanya saya pun tertarik dan mencoba untuk bergabung menjadi nasabah. Dimulai dengan modal Rp 2 juta itu cukup membantu usaha saya yang terbatas ini. Dengan pinjaman yang diberikan saya mampu menambah peralatan dan bahan untuk usaha saya, tidak terasa ini berlangsung terus menerus tidak hanya sampai modal Rp 2 juta tetapi saya diberi kepercayaan untuk terus menjadi nasabah hingga sekarang telah sampai ke peminjaman Rp 7,5 juta," katanya.

Menurut Sulamsiyah, modal yang diberikan PNM Mekaar ini sangat membatu dia dan juga perekonomian keluarga, yang awalnya hanya memiliki satu usaha sekarang bisa berkembang menjadi tiga usaha, yaitu tambahan warung kopi dan ladang untuk menanam sayur.

"Ketiga usaha ini masih terus berjalan hingga sekarang berkat kepercayaan modal dari Mekaar dan saya berharap Mekaar terus bisa menjadi penolong bagi banyak orang yang membutuhkan bantuan modal untuk mengembangkan usaha dan memperbaiki ekonomi keluarga," katanya.

PNMKelompok Nasabah Mekaar PNM di Banyuwangi Foto: Fadhly Fauzi Rachman

Upaya PNM Tekan Kemiskinan

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan program Mekaar ini jadi salah satu bagian atau strategi pemerintah dalam menekan angka kemiskinan dengan cara peningkatan pendapatan. Program ini menyasar kelompok ibu-ibu dengan skema tanggung renteng.

"Dan memang seperti yang saya sampaikan, kami memang bergerak dari data kemiskinan. Kami akan masuk satu daerah, akan insentif di situ, ke daerah-daerah kemiskinan," kata Arief saat meninjau nasabah kelompok Mekaar di Banyuwangi.

PNMDirektur Utama PNM Arief Mulyadi Foto: Fadhly Fauzi Rachman

Arief menjelaskan, program ini sudah dimulai sejak 2016 hingga sekarang. Dalam kurun waktu 10 tahun ini, PNM sudah bisa menjadi 20,6 juta ibu-ibu sebagai nasabah Mekaar. Bahkan, beberapa di antara ibu-ibu tersebut sudah ada yang naik kelas.

"Ada satu 1,7 juta naik kelas, sudah tidak masuk kelas kami, masuk ke perbankan, pegadaian dan lembaga pembiayaan formal lainnya," jelasnya.

Menurut Arief, program ini banyak diminati kalangan bawah lantaran kemudahan yang diberikan PNM dalam memberikan kredit. Syarat mendapatkan kredit ultra mikro ini jauh lebih mudah ketimbang mendapat pembiayaan dari lembaga keuangan formal lain seperti bank.

"Karena hanya di kami yang nggak pakai jaminan, hanya di kami yang nggak pakai SLIK. Yang penting mereka punya komitmen, didukung oleh teman-teman kelompoknya, saling bantu kalau ada yang tidak baik sesama anggota kelompok, pasti yang akan ambil adalah di segmen yang terbawah," katanya.

(fdl/fdl)

Hide Ads