Indonesia akan punya bank emas atau bullion bank. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI berperan sebagai pengelolanya.
"Saya kira ini awal mula beberapa bank akan menjadi bullion bank. Saya mengusulkan kepada OJK, minimal BRI yang merupakan holding Pegadaian, juga Bank Syariah Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah sebagai bullion bank di Indonesia," kata Airlangga dalam acara Indonesia SEZ Business Forum 2024 di Hotel St. Regis Jakarta, Senin (9/12/2024).
Indonesia dinilai sudah seharusnya memiliki bullion bank sendiri karena PT Freeport Indonesia ditargetkan bisa produksi emas 60 ton per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Kondisi itu merupakan kemajuan untuk pertama kalinya, setelah sejak 1967 Indonesia hanya bisa mengekspor tembaga 30 juta ton ke Spanyol dan Jepang untuk diolah menjadi emas batangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda bisa bayangkan dari 1967 sampai 2024, dari Freeport, kita menghasilkan emas mendekati nol. Jadi produksi tembaga bisa menghasilkan 30 ton, 30 ton itu dibagi antara Spanyol dan Jepang. Jadi kali ini untuk pertama kalinya di Gresik bisa diproduksi emas sebanyak 60 ton," ucapnya.
Dengan kemampuan produksi emas batangan seberat 60 ton per tahun dan keberadaan stok emas di PT Pegadaian seberat 70 ton, menurutnya tak ada alasan Indonesia tidak membuat bullion bank sendiri. Keberadaan bullion bank menurutnya juga akan berguna bagi industri perhiasan.
"Jadi, Indonesia melalui OJK sedang mengembangkan apa yang kita sebut bullion bank, bank yang bisa menilai stok emas. Dulu, stok emas itu kita hanya taruh di gudang dan kita hanya mencatat tonasenya saja, tidak nilainya. Bank-bank lain, termasuk di Singapura, banyak bank yang memasukkan emasnya ke neraca," tegas Airlangga.
"Itu sebabnya dulu, biasanya industri perhiasan hanya mendapatkan biaya produksi, CMT, tolling, emasnya di Singapura. Mereka tolling di Surabaya dan mengirimnya kembali ke Singapura. Jadi kita tidak mendapatkan nilai penuh dari emas yang dihasilkan di industri manufaktur Indonesia," tambahnya.
Selain itu, diketahui emas menjadi investasi yang aman atau safe haven di saat krisis. Untuk itu, Indonesia dinilai harus bisa mengelola secara mandiri aset-aset emasnya di bullion bank.
"Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi safe haven di saat krisis. Dalam lima tahun terakhir ini, kita mengalami begitu banyak krisis. Saya kira tidak bijaksana jika kita tidak memanfaatkan kekuatan kita sendiri," ucap Airlangga.
(aid/rrd)