Bisnis BPR di RI Disebut Masih Berat, Ini Tantangannya

Bisnis BPR di RI Disebut Masih Berat, Ini Tantangannya

Heri Purnomo - detikFinance
Kamis, 23 Jan 2025 15:03 WIB
Ilustrasi bank
Foto: Freepik/macrovector
Jakarta -

Komisaris Utama Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Hasamitra, Yonggris menyampaikan bahwa saat ini bisnis BPR yang menghadapi berbagai tantangan yang sangat berat. Mulai dari pasar yang sudah mulai diambil oleh Bank Umum hingga peralihan masyarakat dalam berinvestasi dalam bentuk obligasi dan saham, dibandingkan hanya menyimpan uang mereka di tabungan atau deposit.

Yonggris mengibaratkan, Bank Umum saat ini seperti pukat harimau, di mana seluruh ikan dapat diambil baik itu ikan kecil maupun besar

"Dulu kalau kami BPR itu yang tangannya kecil-kecil masih punya peluang besar. Sekarang ini sudah sulit karena Bank Umum besar pun masuk ke segmennya BPR," kata Yonggris di Jakarta, Kamis (23/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Yonggris menyampaikan tantangan selanjutnya yang dihadapi BPR ialah fenomena di mana preferensi masyarakat untuk menginvestasikan uang mereka mulai bergeser dari instrumen tradisional seperti tabungan dan deposito ke instrumen investasi seperti obligasi, saham, dan surat utang lainnya.

Pasalnya, obligasi, saham, dan surat utang lainnya menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan misalnya 7-8% per tahun, dibandingkan bunga deposito yang rata-rata hanya 4-5%.

ADVERTISEMENT

"Nah, orang-orang sekarang udah mulai membalikkan investasi itu ke obligasi, ke saham, dan ke surat hutang yang lain. Akhirnya ya kita ini harus berpikir lebih keras di mana bisa mendapatkan funding (pendanaan). Dan juga teknologi yang semakin berkembang," katanya.

Sementara itu, dari tantangan yang ada tersebut, Yonggris mengatakan bahwa kapasitas kerja BPR tidak memadai untuk menangani tantangan ini dengan efektif. Kapasitas yang dimaksud ialah sumber daya manusia, teknologi dan juga modalnya.

Kemudian kemampuan BPR dalam menjalankan fungsi utamanya, seperti memberikan layanan kepada nasabah, mengelola risiko, dan bersaing dengan kompetitor lainnya masih terbatas.

Adapun untuk mengatasi masalah tersebut, Yonggris menyampaikan perlunya penguatan terhadap teknologinya, kedua memperkuat modal supaya bisa menambah kapabilitas kerja.

"Lalu yang ketiga, tata kelola perbankannya, Nah, yang keempat yang paling penting saya kira adalah kolaborasi. Sekarang sudah tidak bisa lihat mana besar, mana kecil," katanya.




(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads