Kebijakan Trump Bikin The Fed Waswas, Ada Apa?

Kebijakan Trump Bikin The Fed Waswas, Ada Apa?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 20 Feb 2025 08:45 WIB
Bagaimana Rencana Perdamaian Trump untuk Ukraina?
Foto: DW (News)
Jakarta -

Para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, bersiap untuk mempertahankan suku bunganya di tengah potensi inflasi tinggi. Langkah ini didorong oleh kekhawatiran tentang dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap inflasi.

Para pembuat kebijakan The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil, setelah tiga kali pemotongan berturut-turut dengan total satu poin persentase penuh pada tahun 2024. Keputusan ini disepakati dalam Rapat Komite Pasar Terbuka Federal atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan Januari lalu, yang dirilis Rabu (19/2).

Dikutip dari CNBC, Kamis (20/2/2025), para anggota mengomentari dampak potensial dari pemerintahan baru, termasuk tentang tarif, serta dampak dari pengurangan regulasi dan pajak. Komite mencatat bahwa kebijakan saat ini terbilang masih landai daripada sebelum pemotongan suku bunga, sehingga masih ada waktu mengevaluasi kondisi kembali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para anggota juga memandang, kebijakan saat ini menyediakan waktu untuk menilai perkembangan prospek untuk aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja, dan inflasi, dengan sebagian besar cenderung menuju kepada sikap kebijakan yang masih ketat. Jika ekonomi tetap mendekati tingkat kesempatan kerja maksimum, mereka ingin melihat kemajuan lebih lanjut pada inflasi sebelum melakukan penyesuaian.

Sementara itu, Presiden Donald Trump telah memberlakukan sejumlah kebijakan tarif baru sejak dirinya menjabat. Namun dalam beberapa waktu terakhir, ia mengancam akan memperluas kebijakan tersebut.

ADVERTISEMENT

Dalam sambutannya kepada wartawan pada Selasa kemarin, Trump mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan bea masuk sebesar 25% untuk sektor otomotif, farmasi, dan semikonduktor yang akan dipercepat sepanjang tahun.

Meskipun Trump tidak membahas rencana itu secara spesifik, namun tarif tersebut akan membawa kebijakan perdagangan ke tingkat yang lebih tinggi dan menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap harga. Walau saat ini inflasi AS telah mereda, tetapi masih di atas target The Fed sebesar 2%.

Anggota FOMC menilai, ada potensi perubahan dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi, serta permintaan konsumen yang kuat. Kontak bisnis di sejumlah distrik telah mengindikasikan bahwa perusahaan akan mencoba untuk memasang biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen akibat potensi kenaikan tarif.

"(Ada) risiko positif terhadap prospek inflasi. Secara khusus, para peserta mengutip kemungkinan dampak dari perubahan potensial dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi," bunyi risalah rapat.

Sejak pertemuan tersebut, sebagian besar pejabat bank sentral telah berbicara dengan nada hati-hati tentang arah kebijakan. Sebagian besar melihat tingkat suku bunga saat ini dalam posisi di mana mereka dapat meluangkan waktu untuk mengevaluasi cara melanjutkan.

Selain fokus umum yang diberikan pejabat Fed pada ketenagakerjaan dan inflasi, rencana Trump untuk kebijakan fiskal dan perdagangan telah menambah kerumitan dalam pertimbangan. Di sisi lain risalah tersebut juga mencatat optimisme substansial tentang prospek ekonomi, didorong ekspektasi pelonggaran peraturan pemerintah atau perubahan kebijakan pajak.

Ketua Fed Jerome Powell secara umum menghindari spekulasi mengenai dampak tarif yang akan terjadi. Namun, pejabat lain telah menyatakan kekhawatiran dan mengakui bahwa langkah Trump dapat memengaruhi kebijakan, yang mungkin menunda pemotongan suku bunga lebih lanjut.

Harga pasar saat ini mengantisipasi penurunan berikutnya yang akan terjadi pada bulan Juli atau September. Sementara itu, suku bunga pinjaman acuan Fed saat ini ditargetkan antara 4,25%-4,5%.

Simak juga Video 'Pembekuan Bantuan Trump Hentikan Uji Coba Vaksin HIV di Afrika Selatan':

(acd/acd)

Hide Ads