Hati-hati Fenomena 'Lapar Mata' Bikin Dompet Boncos saat Ramadan!

Hati-hati Fenomena 'Lapar Mata' Bikin Dompet Boncos saat Ramadan!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 11 Mar 2025 11:28 WIB
ilustrasi atur keuangan
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Mengatur keuangan di bulan Ramadan penting dilakukan setiap orang. Lewat manajemen keuangan yang tepat, stabilitas finansial serta pengeluaran dapat terjaga dengan baik.

Meskipun, bukan hal mudah juga mengatur keuangan di bulan Ramadan dengan berbagai rintangan yang menghampiri. Tak jarang sebagian orang justru lebih boros selama bulan Ramadan.

Fenomena 'lapar mata' menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Anggota Dewan Syariah BTN, Muhammad Bagus Teguh, lapar mata mendorong psikologis seseorang untuk berbelanja lebih banyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Psikologi seseorang akan berbelanja lebih banyak ketika dia lapar. Maka salah satu mentor atau coaching, itu kalau mau belanja bulanan makan dulu. Biar nggak lapar. Tapi serius lho, kata-kata lapar mata itu, itu benar lho, lapar perutnya, belanjanya makin banyak gitu, kira-kira gitu," katanya dalam acara detikSore, dikutip Selasa (11/3/2025).

Teguh berpendapat, jika seseorang dalam kondisi kenyang saat berbelanja maka keinginan untuk berbelanja akan lebih sedikit. Lain halnya dalam keadaan lapar, seseorang bisa membeli sesuatu meskipun sebenarnya barang tersebut tidak dibutuhkan.

ADVERTISEMENT

"Coba deh perhatikan, kalau kita udah kenyang, mau melihat di mal atau di apapun, agak malas. Karena merasa ini, kadang merasa nggak ada kebutuhan. Tapi once ketika seseorang itu lapar, merasa ada kebutuhan padahal bukan kebutuhan, cenderung keinginan," imbuhnya.

Ia mengingatkan dalam mengatur keuangan perlu memperhatikan juga kondisi psikologis. Mengacu buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, untuk mengelola keuangan dengan baik maka perlu diperbaiki juga kondisi mental atau psikologi.

Teguh menambahkan, tempat ideal untuk belajar mengelola keuangan adalah di rumah. Orang tua disarankan mendidik anak-anaknya dengan memberikan contoh baik dalam pola konsumtif.

"Dan belajar keuangan paling benar di mana? Di rumah. Orang tua ke anaknya. Karena anak kita melihat orang tuanya bagaimana pola konsumsinya. perhatikan, orang tua yang dituduh anaknya pelit, biasanya anaknya lebih wise mengelola keuangannya," tutur Teguh.

Para orang tua juga disarankan untuk menanamkan jiwa semangat juang kepada anak-anaknya. Pemahaman akan hal tersebut akan menghindarkan anak-anak mereka dari sifat manja.

"Dan kemudian bagaimana kita, yang dulu kadang juga, ada orang yang dulunya susah, tapi keterpaksaan itu membuat akhirnya dia menjadi sukses. Akhirnya orang tuanya sekarang menjadi orang tua dan sukses. Tapi dia pola pikirnya berbeda dengan orang tuanya dulu," sebut Teguh.

"Pengin anaknya jangan susah seperti dia, ini bahaya. Karena dia mendidik anaknya untuk nggak punya fighting spirit yang tinggi seperti dirinya dulu ketika punya fighting spirit yang tinggi, ketika orang tuanya nggak mampu. Bikin anak kita manja," tutupnya.

(ily/kil)

Hide Ads