Bank Indonesia (BI) memiliki keunggulan Transformasi Framework Pengelolaan Cadangan Devisa 4.0.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan langkah tersebut dinilai mampu meningkatkan agility dan fleksibilitas pengelolaan cadangan devisa di tengah tingginya ketidakpastian global. Strategi ini juga memperkuat tata kelola dan mendorong digitalisasi proses bisnis untuk mencapai kecukupan cadangan devisa yang berkesinambungan dan likuid.
"Bahwa transformasi pengelolaan cadangan devisa di tengah divergensi ekonomi global, ketidakpastian, dan meningkatnya ketegangan geopolitik berperan penting dalam mendukung efektivitas kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan nasional," kata dia dalam siaran pers, Kamis (12/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan pengelolaan cadangan devisa yang proaktif dalam situasi yang penuh ketidakpastian, menjadi salah satu poin utama Bank Indonesia dibandingkan bank sentral negara peers lainnya.
Agility dan fluidity pengelolaan cadangan devisa di Bank Indonesia juga tercermin dari fleksibilitas dalam penyesuaian tolok ukur dan Strategic Asset Allocation(SAA), perluasan ukuran kecukupan cadangan devisa, serta keaktifan dalam penempatan investasi yang berkelanjutan.
"Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi pengelolaan devisa melalui digitalisasi proses bisnis untuk memantau pasar keuangan dan portofolio selama 24 jam," jelas dia.
Dengan pengelolaan cadangan devisa ini BI kembali meraih penghargaan Reserve Manager of The Year 2025 untuk kedua kalinya dari Central Banking Award, dengan mengusung keunggulan Transformasi Framework Pengelolaan Cadangan Devisa 4.0.
Sekadar informasi posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2025 senilai US$ 154,5 miliar. Jumlah itu menurun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2025 yang sebesar US$ 156,1 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengatakan penurunan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
"Dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi," kata Denny dalam keterangan tertulis.
(kil/kil)