Kala KUR BRI Bantu UMKM Anggrek Hadapi Persaingan Ketat Jelang Lebaran

Kala KUR BRI Bantu UMKM Anggrek Hadapi Persaingan Ketat Jelang Lebaran

Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikFinance
Kamis, 20 Mar 2025 21:51 WIB
Karyawan toko anggrek Ragunan menyiapkan anggrek untuk dikemas.
Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom
Jakarta -

Popularitas anggrek bulan di kalangan pencinta bunga hias seolah tak pernah luntur walau musim berganti. Termasuk ketika Ramadan dan menjelang Lebaran. Gelombang pesanan meningkat untuk penghias rumah maupun hampers.

Pengusaha anggrek di Kavling 1 Taman Anggrek Ragunan, Rangga Ferdiansyah, menceritakan ketatnya persaingan bisnis anggrek selama high season. Selain Lebaran, high season terjadi saat Natal-Tahun Baru (Nataru) dan Imlek.

Penjual anggrek di Jakarta seperti Rangga umumnya mengambil barang di kebun-kebun daerah Cisarua, Ciater, Lembang, atau Subang. Rangga sendiri rutin mengambil di dua kebun daerah Cisarua. Beberapa minggu jelang high season, biasanya barang di kebun sudah ludes di-booking distributor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menjelang Lebaran, barang di kebun tuh pasti habis. Kalau mau Lebaran gini otomatis kita mesti lebih sering ke kebun," tutur Rangga saat berbincang dengan detikcom di kebunnya, Selasa (11/2/2025).

'Perang' Stok Anggrek di Kebun Jelang Lebaran

ADVERTISEMENT

Menurut Rangga, dibandingkan hari biasa, pesanan anggrek jelang Lebaran bisa meningkat dua-tiga kali lipat. Apalagi setelah dapat THR. Satu orang biasanya memesan lebih banyak untuk dikirimkan ke kenalan atau kolega.

"Kebanyakan misalnya kayak anak buah mau ngirim ke bos. Setelah dia dapat THR, yang tadinya nggak biasa beli anggrek pun ikut beli karena ada uang. Setahun sekali lah," ceritanya.

Saking tingginya permintaan, satu pekebun kerap menambah kapasitas penanaman mereka hingga dua kali lipat. Ini demi memenuhi permintaan pedagang anggrek di kota yang banjir pesanan. Namun, ada juga pekebun yang tidak menambah kapasitas produksi karena keterbatasan lahan.

Ketika masih mengandalkan omzet dan tabungan sendiri untuk menjalankan bisnis, Rangga mengaku kerap kesulitan ketika mendekati high season. Dia tidak bisa mendapat bunga terbaik atau bunga dalam jumlah maksimal seperti hari-hari biasa.

"Makanya kenapa kita harus booking, supaya mengamankan aja. Lebaran itu kita udah punya barang. Kita harus ke kebun, di sana kita ya itu 'perang' lah. 'Lu punya duit, lu yang dapat barang banyak', istilahnya. Kalau nggak gitu, susah juga pihak kebunnya," lanjutnya, lantas tertawa ringan.

Untungnya, saat ini Rangga sudah menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Pertama kali mengajukan pinjaman Agustus 2024, Rangga mendapat Rp 100 juta. Pinjaman itu mampu menaikkan omzetnya hingga punya cukup modal untuk menghadapi high season Lebaran kali ini.

Soal sistem booking, menurut Rangga, pedagang harus membayar DP dulu ke kebun. Besarannya variatif, tergantung kemampuan pedagang. Rangga sendiri menaruh DP 30 persen. Pelunasannya setelah semua bunga pesanannya turun dari kebun sekitar H-10 Lebaran.

"Barang kita jadi lebih aman. Kalau dulu dapat sisanya, kalau sekarang bisa milih," katanya puas.

Kini PR Rangga tinggal mendistribusikan anggrek-anggrek itu nantinya. Pesanan paling banyak masuk di minggu kedua dan ketiga Ramadan. Biasanya Rangga sudah menutup pre-order beberapa hari sebelum Idulfitri. Namun, untuk pengiriman, dia masih melayani sampai malam takbiran.

"Malam takbiran itu saya baru pulang jam 11 malam karena udah pasti masih ada kirim pesanan. Kalau harga anggreknya, itu bisa lebih mahal karena semua orang perlu," cetusnya.

Salah seorang pelanggan toko anggrek Rangga adalah Yuni Widia. Pengusaha tanaman hias di Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu baru setahun bergerak di bidang anggrek. Biasanya dia hanya menyewakan tanaman hias untuk sejumlah perkantoran, salah satunya di Menara Bank Mega.

"Lalu ditawari 'nggak sekalian anggrek, Bu'? Mumpung ada kesempatan, kenapa nggak?" tutur Yuni ditemui detikcom di tokonya, Kamis (20/3/2025).

Yuni pun mengaku merasakan sengitnya mendapatkan anggrek di toko saat high season. Beruntung dia sudah berlangganan di Ragunan. Meskipun Yuni tinggal di dekat pusat toko bunga Rawa Belong, Yuni lebih memilih langsung ke Ragunan karena pilihannya lebih banyak dengan harga lebih terjangkau.

"Saya pesan dulu sama Mas Rangga. Kadang-kadang saya nitip harga. Kalau memang permintaan lagi banyak dan anggrek lagi susah, harga juga naik. Kalau udah langganan bisa naik dari Rp 115 ribu ke Rp 125 ribu per tangkai. Tapi kalau nggak langganan, bisa naik sampai Rp 175 ribu," paparnya.

Jika stok di toko Rangga menipis atau habis, Yuni biasa minta tolong untuk dicarikan tambahan dari toko-toko di sebelah. Untuk pengiriman, terkadang dia juga minta tolong ke Rangga agar barang langsung diantarkan ke pelanggan tanpa melalui dirinya di Rawa Belong.

"Saudaranya juga ada toko tuh di sana, biasanya ambil ke saudaranya juga di Kavling 25. Kadang dicari juga sampai ke Dharmawangsa," tuturnya.

Halaman berikutnya soal hampers anggrek. Langsung klik

Sediakan Paket Hampers Anggrek

Pesanan anggrek di toko Rangga memang meningkat karena adanya tren hampers Lebaran. Namun, Rangga sendiri tidak merangkai hampers. Dia bekerja sama dengan florist yang memang menyediakan paket hampers ucapan Idulfitri.

Lain halnya dengan rekan sejawat Rangga, Brian Sinaga. Selain menyediakan barang untuk florist, dia sendiri juga menyediakan jasa rangkai hampers anggrek bulan jelang Lebaran. Dia punya toko khusus display di Dharmawangsa yang menerima pesanan ucapan, dekor, dan rental anggrek.

Jasa tersebut cukup bisa meningkatkan nilai jual anggreknya secara signifikan. Jika dijual per tangkai saja, Brian mematok harga antara Rp 118-175 ribu. Namun, jika sudah dirangkai menjadi bunga dekor atau hampers, harganya bisa naik dua kali lipat.

"Kalau hampers per tangkai juga sudah satu set sama pot, pita, ucapan, dan ornamen lain, bisa kita jual Rp 300-350 ribu," tutur Brian ditemui di Kavling 45 Taman Anggrek Ragunan, Jumat (28/2/2025).

Menurutnya, hampers anggrek punya keuntungan lebih dibandingkan hampers makanan. Makanan bisa lekas habis sekali santap, tetapi ucapan Idulfitri dengan anggrek dapat bertahan setidaknya sebulan. Anggreknya bisa sekalian jadi pajangan di rumah atau kantor.

Pesanan Brian pun meningkat tajam jelang Lebaran. Jika hari biasa dia membutuhkan 5.000 tangkai anggrek per bulan, selama Ramadan dia bisa menerima pesanan sampai 15.000-20.000 tangkai!

Brian sendiri sudah menyewa lahan untuk kebun di daerah Ciater. Output produksinya masih cukup terbatas, yakni 2.000 tangkai. Itulah mengapa dia masih butuh pasokan dari kebun-kebun lain yang lebih besar.

"Makanya kemarin kita dibina sama BRI tuh bisa jadi ambil barang ke kebun-kebun itu, karena mereka harus cash and carry. Itu yang membuat perputaran kita bisa lancar," terangnya.

Bidik Potensi Ekosistem Bisnis Anggrek

Perputaran dalam bisnis anggrek ini menjadi perhatian khusus BRI Unit Cilandak yang kini membina para pedagang anggrek Ragunan. Kepala BRI Unit Cilandak Dadang Suhanda mengaku tidak hanya berpuas dengan merangkul pedagangnya saja. Dia ingin agar ekosistem anggrek mulai dari pekebun pun dibina BRI.

"Kita ingin menyerap ekosistem itu. Kita dalami, Pedagang belanja di mana? Misalnya Lembang. Nanti kita bikin laporan, dari cabang ke Kanwil (kantor wilayah), nanti bisa kerja sama antarkanwil," papar Dadang.

Harapannya, dengan merangkul ekosistem bisnis anggrek ini, semua pihak yang terlibat dapat bertransaksi dengan lancar dan mudah. Mereka juga berkesempatan menjadi nasabah pinjaman BRI demi meningkatkan bisnis mereka.

"Yang penting semi pedagang itu lancar, ekosistem pakai BRI, pembayaran pakai BRI. Untuk pekebun, masih cari lokasi di mana saja dan siapa saja. Nanti kita kumpulkan untuk mengedukasi mereka," tandasnya.

KUR BRI sendiri tersedia dalam plafon mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 500 juta, dengan tenor pinjaman maksimal 60 bulan. Untuk pengusaha mikro dapat mengajukan pinjaman pertama maksimal Rp 100 juta, yang kemudian bisa di-top up sesuai kebutuhan dan rencana pengembangan usaha.

Manajer Bisnis Mikro (MBM) BRI KC Pasar Minggu Herman Syahrudi menjelaskan top up pinjaman diikuti dengan penambahan repayment capacity. Ada syarat minimal jangka waktu pinjaman.

"Misalnya kalau yang jangka waktu pinjaman pertama setahun, minimal pinjaman sudah berjalan 6 bulan. Kalau lebih, misalnya 2-4 tahun, minimal pinjaman sudah dilalui satu tahun. Dengan catatan, tanpa pernah menunggak," jelas Herman ditemui di BRI KC Pasar Minggu, Jumat (7/3/2025).

Herman menambahkan, plafon penambahan nominal pinjaman juga dibatasi. Hal ini demi kestabilan usaha dalam jangka panjang.

"Untuk aturan di BRI saat ini, kenaikannya 30 persen dari plafon sebelumnya," tutupnya.


Hide Ads