Popularitas anggrek bulan di kalangan pencinta bunga hias seolah tak pernah luntur walau musim berganti. Termasuk ketika Ramadan dan menjelang Lebaran. Gelombang pesanan meningkat untuk penghias rumah maupun hampers.
Pengusaha anggrek di Kavling 1 Taman Anggrek Ragunan, Rangga Ferdiansyah, menceritakan ketatnya persaingan bisnis anggrek selama high season. Selain Lebaran, high season terjadi saat Natal-Tahun Baru (Nataru) dan Imlek.
Penjual anggrek di Jakarta seperti Rangga umumnya mengambil barang di kebun-kebun daerah Cisarua, Ciater, Lembang, atau Subang. Rangga sendiri rutin mengambil di dua kebun daerah Cisarua. Beberapa minggu jelang high season, biasanya barang di kebun sudah ludes di-booking distributor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menjelang Lebaran, barang di kebun tuh pasti habis. Kalau mau Lebaran gini otomatis kita mesti lebih sering ke kebun," tutur Rangga saat berbincang dengan detikcom di kebunnya, Selasa (11/2/2025).
'Perang' Stok Anggrek di Kebun Jelang Lebaran
Menurut Rangga, dibandingkan hari biasa, pesanan anggrek jelang Lebaran bisa meningkat dua-tiga kali lipat. Apalagi setelah dapat THR. Satu orang biasanya memesan lebih banyak untuk dikirimkan ke kenalan atau kolega.
"Kebanyakan misalnya kayak anak buah mau ngirim ke bos. Setelah dia dapat THR, yang tadinya nggak biasa beli anggrek pun ikut beli karena ada uang. Setahun sekali lah," ceritanya.
Saking tingginya permintaan, satu pekebun kerap menambah kapasitas penanaman mereka hingga dua kali lipat. Ini demi memenuhi permintaan pedagang anggrek di kota yang banjir pesanan. Namun, ada juga pekebun yang tidak menambah kapasitas produksi karena keterbatasan lahan.
Ketika masih mengandalkan omzet dan tabungan sendiri untuk menjalankan bisnis, Rangga mengaku kerap kesulitan ketika mendekati high season. Dia tidak bisa mendapat bunga terbaik atau bunga dalam jumlah maksimal seperti hari-hari biasa.
"Makanya kenapa kita harus booking, supaya mengamankan aja. Lebaran itu kita udah punya barang. Kita harus ke kebun, di sana kita ya itu 'perang' lah. 'Lu punya duit, lu yang dapat barang banyak', istilahnya. Kalau nggak gitu, susah juga pihak kebunnya," lanjutnya, lantas tertawa ringan.
Untungnya, saat ini Rangga sudah menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Pertama kali mengajukan pinjaman Agustus 2024, Rangga mendapat Rp 100 juta. Pinjaman itu mampu menaikkan omzetnya hingga punya cukup modal untuk menghadapi high season Lebaran kali ini.
Soal sistem booking, menurut Rangga, pedagang harus membayar DP dulu ke kebun. Besarannya variatif, tergantung kemampuan pedagang. Rangga sendiri menaruh DP 30 persen. Pelunasannya setelah semua bunga pesanannya turun dari kebun sekitar H-10 Lebaran.
"Barang kita jadi lebih aman. Kalau dulu dapat sisanya, kalau sekarang bisa milih," katanya puas.
Kini PR Rangga tinggal mendistribusikan anggrek-anggrek itu nantinya. Pesanan paling banyak masuk di minggu kedua dan ketiga Ramadan. Biasanya Rangga sudah menutup pre-order beberapa hari sebelum Idulfitri. Namun, untuk pengiriman, dia masih melayani sampai malam takbiran.
"Malam takbiran itu saya baru pulang jam 11 malam karena udah pasti masih ada kirim pesanan. Kalau harga anggreknya, itu bisa lebih mahal karena semua orang perlu," cetusnya.
Salah seorang pelanggan toko anggrek Rangga adalah Yuni Widia. Pengusaha tanaman hias di Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu baru setahun bergerak di bidang anggrek. Biasanya dia hanya menyewakan tanaman hias untuk sejumlah perkantoran, salah satunya di Menara Bank Mega.
"Lalu ditawari 'nggak sekalian anggrek, Bu'? Mumpung ada kesempatan, kenapa nggak?" tutur Yuni ditemui detikcom di tokonya, Kamis (20/3/2025).
Yuni pun mengaku merasakan sengitnya mendapatkan anggrek di toko saat high season. Beruntung dia sudah berlangganan di Ragunan. Meskipun Yuni tinggal di dekat pusat toko bunga Rawa Belong, Yuni lebih memilih langsung ke Ragunan karena pilihannya lebih banyak dengan harga lebih terjangkau.
"Saya pesan dulu sama Mas Rangga. Kadang-kadang saya nitip harga. Kalau memang permintaan lagi banyak dan anggrek lagi susah, harga juga naik. Kalau udah langganan bisa naik dari Rp 115 ribu ke Rp 125 ribu per tangkai. Tapi kalau nggak langganan, bisa naik sampai Rp 175 ribu," paparnya.
Jika stok di toko Rangga menipis atau habis, Yuni biasa minta tolong untuk dicarikan tambahan dari toko-toko di sebelah. Untuk pengiriman, terkadang dia juga minta tolong ke Rangga agar barang langsung diantarkan ke pelanggan tanpa melalui dirinya di Rawa Belong.
"Saudaranya juga ada toko tuh di sana, biasanya ambil ke saudaranya juga di Kavling 25. Kadang dicari juga sampai ke Dharmawangsa," tuturnya.
Halaman berikutnya soal hampers anggrek. Langsung klik