Pulau Kelapa memiliki agen BRILink terbanyak di Kepulauan Seribu. Pemukiman sekaligus kawasan wisata, Pulau Kelapa menyimpan banyak cerita.
Julidalfita (52) telah menjadi agen BRILink sejak tahun 2015. Ia merantau dari Padang bersama ibunya sejak masih belia. Kini ia telah menetap, berkeluarga dan memiliki 4 orang anak.
Usahanya diberi nama Toko Syamsudin. Di dalamnya ia menjual alat tulis kantor (ATK) dan layanan BRILink. Ibu Ita (panggilan akrab) terlihat sibuk hari Rabu (26/3) sore itu.
"Sudah lama sekali jadi agen, dulu malah nggak percaya dengan usaha seperti ini," ucapnya sambil melayani pelanggan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buatnya, bekerja harus memiliki kantor, status dan gaji yang tetap. Ia bahkan mengaku pusing jika sang suami menjelaskan tentang keuntungan menjadi agen saat awal-awal usaha.
![]() |
Lama kelamaan, Ibu Ita makin piawai. Darah pengusaha yang diturunkan ibunya membuatnya lihai dalam bisnis ini. Toko sembakonya disulap menjadi ruang agen sepenuhnya.
Ryan (35) dan Redi (30) yang menjadi mantri di Kepulauan Seribu mengatakan bahwa keuletan Ibu Ita patut diacungi jempol. Ia tak cuma memenuhi target, tapi juga melampauinya.
"Beliau bisa setor Rp 500 juta per bulan, minimal kalau agen itu Rp 200 juta," ungkap Ryan.
Ibu Ita merasa sangat terbantu dengan adanya agen BRILink ini. Walau kadang ada penolakan karena kesuksesannya.
"Iya, kadang ditolak karena nyetornya kebanyakan," katanya sambil tertawa.
Dua anaknya kuliah di Kota Jakarta, mereka tidak diperbolehkan jauh ke luar kota karena alasan keamanan dan keperluan BRILink. Lho, kok bisa?
"Kadang itu uang habis, mau nggak mau tarik uang dari Jakarta. Jadi anak yang bawa ke sini naik kapal," katanya.
Perekonomian di Kepulauan Seribu memang berputar begitu keras. Sudah jadi rahasia umum, orang pulo (sebutan warga kepulauan) membawa berbagai macam barang lewat kapal, termasuk uang.
![]() |
Agar usahanya lancar, Ibu Ita kadang harus keluar kocek lebih. Ongkos dari Jakarta menuju Pulau Kelapa dan kembali ke ibu kota bisa sampai Rp 500 ribuan.
"Saya telepon anak langsung ke sini bawa uang kalau persediaan sudah habis."
Apalagi, tak selamanya bisnis lancar.
"Kadang ada juga hari sepi, kita sampai tidur-tiduran begitu. Paling 5 orang satu hari," kenangnya sambil tersenyum.
Namun beda cerita jika musim ikan tiba. Pedagang bisa bolak-balik tarik uang di kedainya. Ia bahkan kerap barter dengan langganan jika persediaan uang mulai menipis, transfer bebas biaya asal dilakukan hari itu.
"Ya seminggu bisa Rp 40 jutaan lah," jawabnya.
Buka setiap hari, Ibu Ita tak mau lepas dari bisnis ini. Ia sangat bersyukur Teras BRI Kapal 'Bahtera Seva I' terjadwal sekali seminggu ke sana.
'Alhamdulillah, sekali seminggu aja juga sudah cukup sih," pungkasnya.
Ryan dan Redi berharap agar usaha agen BRILink seterusnya maju, karena BRI akan mengusahakan mengembangkan usaha mikro masyarakat, khususnya Kepulauan Seribu dengan kehadiran Teras BRI Kapal, satu-satunya bank terapung di dunia.
(bnl/hns)